jpnn.com - JAKARTA - Praktisi Teknologi Informasi, Chafiz Anwar mengatakan banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Hal itu kata Chafiz, bisa diidentifikasi dengan mudah dari ciri-ciri akun palsu yang digunakan.
Pertama dari segi jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela. Hal ini tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli secara bersamaan.
BACA JUGA: Google Berang karena Disadap NSA
"Kalau komentarnya muncul dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dengan komentar yang senada seperti di komando baik untuk menyerang maupun membela orang-orang yang mereka jaga, maka bisa dipastikan akun-akun itu palsu. Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli," kata Chafiz ketika dihubungi wartawan, Sabtu (2/10).
Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, lanjut Chafiz adalah dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk masalah Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti yang dialami terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf, itu bisa ditegaskan kepalsuannya.
BACA JUGA: Izinkan Penggunaan Gadget selama Penerbangan
"Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online itu. Baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan. Itu sangat tidak miungkin, kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa saja terdiri dari puluhan orang," terangnya.
Terlebih jika faktanya berita di media online tersebut dari catatan baru dibaca oleh ratusan orang saja, tapi komentar pembacanya sudah mencapai ribuan. "Artinya komentar pembaca ini dikirimkan oleh orang-orang yang justru sama sekali belum membaca. Orang belum membaca tapi bisa kasih komentar, bagaimana caranya? Yang paling mungkin yang baca satu orang, tapi orang ini memegang ratusan akun. Ini bisa dilihat jelas dari komentar-komentar pendukung Jokowi," tegasnya.
BACA JUGA: Tablet Karya Anak Negeri Comeback di Indocomtech
Ciri lainnya kata dia yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan identitas para pemilik akun. Biasanya, menurut Chafis menggunakan nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun.
"Satu orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan foto yang sama. Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun," imbuhnya.
Cara kerja ini menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu. "Misalnya kalimat Jokowi belum pantes jadi presiden. Mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin pencari google, begitu mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan, mereka akan bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut," tegasnya.
Terakhir dirinya mengingatkan masyarakat untuk tidak terpancing dengan settingan provokasi maupun ajakan yang mereka mainkan karena itulah tujuannya. Masyarakat jangan sampai terperdaya oleh provokasi mesin yang mereka mainkan.
"Pilih saja dengan cerdas dengan menelusuri rekam jejak para kandidat calon presiden. Jangan percaya dengan permainan seperti ini," sarannya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, NSA Ternyata Intip Data Yahoo dan Google
Redaktur : Tim Redaksi