Dari ratusan warga yang menjadi korban itu, seorang anak, Selsius Tnesi (5) warga RT 1/RW 1 Dusun Satu meninggal dunia
BACA JUGA: Hati-hati, Bali Masih Rawan Rabies
Tiga orang yakni David Toto (57), Ermina Opat (52) dan Abdih Banoet (2) dalam kondisi sekarat sehingga harus dirawat intensif Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) SoEBACA JUGA: UMP Jambi Ditetapkan Rp. 900 Ribu
Sementara 129 warga mengalami pusing-pusing dan sakit perut hanya mendapat perawatan jalanorang tua Selsius Tnesi, Orpa Kase kepada JPNN menuturkan saat kejadian anaknya di tinggal bersamanya dengan Felpina Nenosaba dan David Toto (opa dan omanya)
BACA JUGA: Dewan Kalsel Kesal Limbah Adaro
Sebelum kejadian, Jumat (6/11) korban bersama Felpina Nenosaba pergi ke kebunDi sana mereka makan daging yang diberikan Yacobus NenosabenNamun ketika pulang ke rumah, mereka tidak langsung mengalami gejala apa-apa sebagaimana orang keracunan.Namun Minggu (8/11) sekitar pukul 04.00 Wita, korban mulai muntah disertai diare hingga tiga kaliSelang beberapa jam, korban tidak mendapat pertolongan padahal korban terus muntah dan diareSekira pukul 16.00 Wita nyawa Selsius Tnesi tidak dapat tertolong hingga menghembuskan napas terakhirnya di rumah duka.
Pengakuan senada disampaikan korban keracunan lainnya, Felpina NenosonoIa mengaku mengkonsumsi daging bersama Selsius Tnesi hingga mengalami pusing-pusing dan sakit kepala sampai Senin (9/11)
Anderias Toto (22) mengaku dipanggil Yacobus Nenosaben selaku pemilik sapi datang ke tempat potong sapi tepatnya di kampungKetika tiba di sana, sapi sudah selesai dipotong dan dagingnya langsung dibawa Anderis Toto ke rumahnya untuk dijual.
Menurut Anderis Toto dia tidak ketahui daging sapi itu adalah daging sapi mati atau tidakKarena ketika sampai di sana sapi sudah dipotong dan dia hanya mengambil dagingnya saja untuk dijual dengan harga Rp35.000 per kilogramSaat jual Anderis Toto mengambil jatah dagingnya untuk dimasak dan makan bersama keluarganya termasuk ayahnya David TotoSetelah makan dia dan ayahnya mulai pusing-pusing, sakit kepala, muntah disertai diare.
Viktoria Lasa (32) warga RT 02/RW 03 Dusun dua mengaku membeli daging dari Anderias Toto satu kilogram dengan harga Rp35.000Usai makan daging yang walaupun sudah direbus tapi dia bersama suaminya dan empat orang anaknya sakit perut, kepala pusing, muntah disertai diare.
Kepala Desa Kualeu, Dance E Kase kepada wartawan mengatakan setelah ada informasi warganya mengalami sakit yang sama apalagi sampai ada korban jiwa maka dia langsung menyampaikan persoan itu ke CamatCamat Mollo Tengah, Yane Mulle mengatakan setelah mendapatkan informasi itu pihaknya langsung berkoordinasi dengan pemerintah daerah sekaligus Dinas Kesehatan Kabupaten TTS.
Wakil Bupati TTS, Benny ALitelnoni langsung turun keloksi kejadian untuk menyaksikan kondisi sebenarnya sekaligus memberikan dukungan secara morilSecara material pemerintah daerah telah menurunkan bantuan obat-obatan dan logistik lainnyaPetugas Dinas Kesehatan dikerahkan ke lokasi dan membuat posko di Kantor Desa Kualeu tetap sten bay selama seminggu untuk melayani masyarakat yang menderita sakit akibat kejadian itu.
Kepala Dinas Kesehatan, Yuli Putu melalui Kasi Peran Serta Masyarakat dan Kesehatan, Timatius Benu didampingi Kasi Survei lens dan Penanggulangan bencana, Nahad Baunsele mengatakan dilihat dari gelaja sakit yang dialami para penderita yakni pusing-pusing, sakit kepala, muntah disertai diare adalah gejala keracunan yang diduga bersumber dari dagingKarena semua mengaku mengkonsumsi daging yang sama pada waktu yang hampir samaNamun untuk memastikannya menunggu hasil pemeriksaan Dinas Peternakan.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Elisama Boru mengatakan pihaknya baru bisa memastikan apakah daging yang dikonsumsi masyarakat beracun atau tidak setelah sampel daging diperiksa di laboratorium di Kupang."Kami sudah ambil sampel daging (daging yang sudah dikeringkan) dan rencananya besok (hari ini red) akan dikirim ke Kupang untuk penelitian dilaboratorium," jelas Elisama Boru.
Ia menambahkan ternak yang sudah mati biasanya bakteri yang ada dalam tubuhnya menyebar ke seluruh tubuh sangat cepatDikatakan Dinas Peternakan telah mengingatkan berulang kali ke masyarakat, ternak yang sudah mati tidak boleh dimakan tapi harus dikubur karena dapat membahayakan kesehatan.(r5/fuz/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rapor Merah untuk Tender di Kaltim
Redaktur : Tim Redaksi