Rayakan Hari Naw-Ruz, Umat Baha'i Dukung Persatuan di Indonesia

Senin, 01 April 2019 – 01:05 WIB
Perayaan Hari Naw-Ruz umat Baha'i di Indonesia. Foto : Ist

jpnn.com, JAKARTA - Umat Baha'i di dunia pada Kamis 21 Maret 2019 lalu merayakan Hari Raya Naw-Ruz, yaitu perayaan Tahun Baru Baha'i.

Tak jauh berbeda seperti umat lainnya dalam merayakan tahun baru, pengikut ajaran Baha'i juga mengisi perayaan dengan penuh suka dan kegembiraan.

BACA JUGA: Please, Jangan Khawatir soal Aplikasi PAKEM dari Kejati DKI

"Perayaan Hari Raya Naw-Ruz adalah perayaan tahun baru umat Baha'i di seluruh dunia yang dirayakan pada tanggal 21 Maret. Perayaan ini didahului dengan puasa selama satu bulan Baha'i yaitu 19 hari. Pada masa berakhirnya puasa, kita merayakan Tahun Baru Naw-Ruz," terang dr. Nabil A. Samandari, Anggota Majelis Rohani Nasional Baha'i ditemui di Jakarta.

Tahun ini, lanjutnya, umat aliran itu memasuki tahun ke 176 Era Baha'i (EB). Karena ini perayaan suci, umat  Baha'i melakukan doa terlebih dahulu membaca tulisan suci.

BACA JUGA: Penganut Aliran Kepercayaan tak Sampai 10 Juta Jiwa

Sesudah itu ramah tamah dan merayakan dengan saling berkunjung ke tempat kerabat termasuk dikunjungi juga oleh sahabat-sahabat dari berbagai agama.

"Pesan dari perayaan Hari Naw-Ruz kali ini adalah sesuai dengan visi Bahá'u'lláh yaitu kesatuan dan persatuan umat manusia, jadi cinta kasih penting untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu bukan hanya komunitas tapi seluruh bangsa Indonesia. Kalau bersatu kita maju, dan kalau terpecah kita akan runtuh," sambung Nabil.

BACA JUGA: Ada 700 Orang jadi Penganut Penghayat Kepercayaan

Agama Baha'i sendiri, kata Nabil, perwujudan Tuhannya adalah Sang Suci Bahá'u'lláh yang berarti kemuliaan Tuhan.

"Beliau lahir di kota Teheran, Persia pada tahun 1817, kemudian beliau mengumumkan kerasulannya atau misinya pada tahun 1863 ketika diasingkan di kota Baghdad. Seperti pembawa visi baru lainnya, beliau diasingkan ke beberapa kota selama 40 tahun hingga terakhir wafat di penjara Akka pada tahun 1892," tuturnya.

Ajaran intinya, kata Nabil adalah persatuan umat manusia yang dasarnya tidak boleh ada prasangka, harus ada cinta kasih.

Semua manusia kita percaya berasal dari satu zat yang sama, Tuhan hanya ada satu, tidak ada yang berbeda.

Sementara itu Benedict Chee, anggota Majelis Rohani Nasional Baha'i menjelaskan agama Baha'i sudah lebih dari seratus tahun ada di Indonesia.

Yakni sejak tahun 1885 dan terbuka bagi siapapun dengan latar agama yang berbeda untuk saling menghormati dan menghargai sesama umat manusia.

Emma Nurmawati, Kepala Bidang Kelembagaan Pusat Pendidikan dan Pelayanan Kementerian Agama RI yang turut hadir sebagai undangan dalam perayaan Hari Naw-Ruz mengatakan pihaknya mendukung perayaan hari raya seluruh agama.

"Kami Kementerian Agama selalu menghargai perayaan dari masing-masing agama, karena Kementerian Agama adalah pembinaan dan pelayanan kepada semua umat beragama. Jadi kami juga ikut memberikan dukungan kepada semua teman-teman kiranya dapat selalu bersama membina kedamaian kerukunan di bumi Indonesia ini," ujarnya.

Selain Kementerian Agama, setiap tahun turut hadir pula perwakilan dari berbagai kementerian-kementrian lain dan lembaga-lembaga negara seperti LIPi, Komnas HAM, Komnas perempuan dan lain-lain.

Hal ini merupakan wujud silahturahmi antara umat Baha’i dengan berbagai kalangan dalam rangka bahu membahu untuk menyumbang pada Indonesia yg lebih adil, sejahtera secara jasmani maupun rohani. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendagri Yakin Jumlah Penghayat Kepercayaan Bakal Melonjak


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler