Realisasi KPR 2018 Masih Lebih Baik Dibanding Tahun 2017

Selasa, 05 Maret 2019 – 03:30 WIB
Ilustrasi penjualan properti. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, BATAM - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Batam, Achyar Arfan mengatakan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) di Batam, Kepri, tetap bertumbuh namun agak lambat.

"Saya pikir daya beli yang lambat untuk golongan tertentu itu ada. Tapi, realisasi KPR 2018 tidak jelek-jelek amat. Masih lebih baik dibanding tahun 2017," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Batam, Achyar Arfan, Kamis (28/2).

BACA JUGA: Ruko Dijual Murah, Saatnya Berinvestasi Properti

Achyar mengatakan animo pengembang juga saat ini semakin besar. Buktinya adalah kuota stan pameran REI Expo 2018 yang akan digelar pada 22 April mendatang sudah habis.

"Jumlah pengembang semakin banyak sehingga lebih kompetitif. Masih dua bulan lagi, tapi stand REI Expo sudah diborong semua," ucapnya.

BACA JUGA: Bisnis Properti Malang Timur Semakin Seksi

Selain pengembang, Achyar mengatakan perbankan juga semakin berani memberikan tenor lebih panjang kepada para pembeli rumah. Tenor pelunasan KPR bahkan ada yang mencapai 20 tahun. "Karena harga rumah jauh lebih cepat naik dibanding gaji," katanya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas) Kepri, Daniel Samzon. Dia mengatakan maksud dari tenor panjang untuk pelunasan KPR bukan semata-mata untuk mengejar target, tapi juga untuk memudahkan generasi milenial memiliki rumah.

BACA JUGA: Bisnis Properti Belum Tunjukkan Gairah Positif

"Tujuannya untuk permudah generasi muda agar bisa membeli rumah. Cicilannya tidak terlalu tinggi sehingga tidak memberatkan," ungkapnya.

Cicilan KPR selama 20 tahun sudah diperhitungkan matang-matang oleh bank. Tenor ini mengikuti standar usia lunas. Bagi pegawai negeri, batas usia lunas yakni usia 55 tahun. Dan bagi pegawai swasta, yakni usia 50 tahun.

"Kalau pegawai negeri, usia lunasnya pas dengan jarak usia memasuki masa pensiun. Ini semua agar generasi muda tak dipusingkan oleh besarnya cicilan rumah selama ini," katanya.

Mengenai pertumbuhan KPR, Daniel mengakui ada peningkatan. Besarannya kecil, masih dalam rentang sekitar 10 persen.

"Mengenai rumah-rumah yang gagal bayar, dari tahun ke tahun juga selalu ada. Tapi itu tidak serta merta menandakan ekonomi tengah menurun," ungkapnya.

Lalu, apakah banyaknya rumah gagal bayar di Kepri juga akan menyebabkan peningkatan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di Kepri. Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putera mengatakan tingkat NPL di Kepri pada triwulan keempat masih jauh dari batasan NPL bermasalah, yakni 5,0.

"Tingkat NPL di Kepri pada triwulan keempat yakni sebesar 3,56 persen dibanding triwulan ketiga sebesar 3,38 persen. Masih jauh dari ambang batas," ucapnya.

Bahkan, perkembangan kredit perbankan juga tetap stabil meskipun sedikit mengalami penurunan. "Total penyaluran kredit perbankan pada triwulan empat tercatat sebesar Rp 50,71 triliun atau tumbuh lambat 6 persen dibanding triwulan sebelumnya," ungkapnya.

Penurunan ini disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi dan kontraksi kredit investasi. "Penyaluran kredit konsumsi melambat dari 7,62 persen pada triwulan ketiga menjadi sebesar 6,98 persen pada triwulan keempat," paparnya.(leo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Properti Belum Menarik Bagi Pembeli Pertama


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler