Referensi Harga CPO Masih Mengacu Malaysia

Jumat, 10 Juli 2009 – 14:29 WIB
JAKARTA- Meski Indonesia menjadi produsen terbesar Crude Palm Oil (CPO) dengan luar perkebunan sawit terbesar di dunia, ternyata tak cukup ampuh menjadikan Indonesia sebaga negara referensi untuk mematok harga komoditi tersebut.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Dedy Saleh mengakui hingga saat ini kita masih menggunakan referensi harga yang diberikan oleh Malaysia“Itu lah salah satu kelemahan kita saat ini

BACA JUGA: Persaingan Bursa Komoditi Bergairah

Kita masih belum mampu untuk menjadikan diri kita sebagai acuan untuk negara-negara lain di dunia
Padahal, kita merupakan salah satu produsen terbesar untuk komoditi CPO,” jelasnya di Jakarta, Jumat (10/7).

Dikatakannya, dengan sebagai negara produsen dan eksportir CPO utama dunia, seharusnya  Indonesia berpeluang menjadi negara acuan dalam penetapan harga CPO internasional.

Dedy Saleh mengaku cukup optimis di masa depan Indonesia akan mampu untuk menjadi negara acuan

BACA JUGA: Izin Bengkel Merpati Dicabut

Pasalnya Indonesia telah memiliki pasar fisik terorganisir secara online di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) serta ditambah dengan hadirnya PT Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI), sehingga para pelaku usaha baik pelaku maupun pembeli nantinya akan dapat melakukan transaksi yang lebih efektif.

“Kami juga akan mendesak pihak BKDI untuk dapat segera beroperasi, paling lambat pada September atau Oktober 2009 mendatang,” tegasnya
(cha/JPNN)

BACA JUGA: Normal, Pasokan Beras 2000 Ton per Hari

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Ramadan, Harga Sembako Aman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler