BACA JUGA: Pembeli Pupuk Wajib Registrasi
Dalam tahun ini, hingga Mei, manajer investasi sudah menerbitkan sebelas produk reksadana terproteksi
BACA JUGA: Monopoli Hilang, Kartel Mengincar
Harga obligasi negara yang tergerus menjadi salah satu alasan mengapa manajer investasi lebih suka berburu nasabah lewat reksadana terproteksi.Namun, Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) Abipriyadi Riyanto menyatakan, reksadana saham masih menjadi instrumen paling menjanjikan dibandingkan produk reksadana lainnya
BACA JUGA: Bank Timur Tengah Siapkan USD 100 Juta
Tapi, berpikirnya harus jangka panjangDalam 10 tahun, keuntungannya bisa berlipat-lipat ratusan persen,” terangnya.Sebenarnya, kata dia, tidak perlu terlalu khawatir dengan kondisi pasar seperti saat ini”Selama dana diinvestasikan ke saham-saham yang punya driver ke indeks, saya kira tetap aman,” ujarnya.
Terkait kekhawatiran terhadap peraturan baru Bapepam-LK soal minimal dana kelolaan sebesar Rp 25 miliar dalam 90 hari, Abi mengakui kecenderungan tersebut tetap ada”Manajer investasi tentu juga memahami kecenderungan investor yang masih takut bermain di saham dalam kondisi pasar seperti saat ini.”
Namun, sambung dia, justru pada poin itulah para manajer investasi seharusnya merasa tertantang untuk mengelola dana di pasar saham”Ingat, filosofinya tetap high risk high return,” ujarnya
Dengan reksadana terproteksi, memang lebih amanNamun, imbal hasilnya masih kalah jauh dibandingkan reksadana saham”Kalau mau aman, ya, taruh saja di depositoTapi, return-nya, kan, sedikit(Reksadana) terproteksi pun mungkin hanya 0,5 persen lebih tinggi dari deposito,” paparnya
Secara terpisah, Fund Manager PT Sarijaya Securities Daniel D.Smengakui jika kecenderungan penerbitan reksadana terproteksi lebih besar sepanjang awal tahun ini di mana kondisi pasar saham yang memburuk
Apalagi, pasar obligasi negara (SUN) harganya terus menurunDi satu sisi, tergerusnya SUN membuat investor yang sudah menaruh dananya di SUN risau karena nilai investasinya juga bakal ikut tergerus”Namun, bagi manajer investasi itu justru peluang dengan menerbitkan reksadana terproteksi yang berbasis obligasi negara,” ujarnya. ”Maka, produk reksadana terproteksi pun bermunculan,” imbuhnya
Namun, Daniel menyatakan, jika menginginkan return maksimal, reksadana saham adalah pilihan yang terbaik”Perkembangan reksadana saham bagaimana pun tetap paling pesat di antara produk-produk reksadana lainnya,” terangnya
Secara nominal, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana saham memang masih mendominasi komposisi efek reksadanaYaitu, mencapai Rp 35,6 triliun dan masih menjadi yang terbesar di antara reksadana lainnyaKemudian, disusul terproteksi Rp 19,79 triliun dan reksadana pendapatan tetap Rp 16,9 triliunSaat ini, sudah ada 61 produk reksadana saham yang beredar di pasar(eri/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Genjot Dana Murah
Redaktur : Tim Redaksi