Rektor ITK: Saya Menilai Tak Berdasarkan Dia Berkerudung atau Tidak

Rabu, 04 Mei 2022 – 06:59 WIB
Foto Rektor ITK Prof Budi Santoso tersebar di ragam platform media sosial, setelah tulisan statusnya mengenai perempuan menggunakan penutup kepala ala manusia gurun viral di medsos. Foto : Akun @Balikpapanterkini di Instagram.

jpnn.com, BALIKPAPAN - Tulisan status di media sosial yang diunggah Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Pofesor Budi Santoso Purwokartiko menyinggung soal penutup kepala (hijab) ala manusia gurun viral dan menuai polemik.

Dikonfirmasi JPNN.com, Rektor ITK Prof Budi Santoso Purwokartiko membenarkan tulisan status yang viral di ragam media sosial itu memang dibuatnya sendiri.

BACA JUGA: Chandra: Polisi Bisa Memproses Hukum Prof Budi Santoso

Dalam kesempatan ini, Budi mengutarakan bahwa pernyataan di dalam tulisan statusnya itu bagian dari opininya pribadi dan bukan mengatasnamakan dirinya sebagai Rektor ITK di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Tulisan itu opini pribadi saya ya, tidak sebagai rektor. Kalau kampus, humas saya juga sudah sampaikan bahwa ini urusan pribadi saya, jadi bukan ITK. Jadi kalau misalkan ada (yang minta) klarifikasi saya minta untuk menghubungi saya," ucap Prof Budi kepada JPNN.com saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Sabtu (30/4).

BACA JUGA: Chandra: Proses Hukum Rektor ITK Prof Budi Santoso

Selanjutnya Budi menyampaikan maksud dari tulisan statusnya itu tidak bermaksud untuk mendiskriminasi kepada seorang perempuan menggunakan hijab ataupun menyinggung soal kalimat dalam ajaran agama Islam.

"Dalam tulisan, saya tidak ada menaruh kata kalau yang menggunakan kerudung, akan saya nilai jelek. Nggak ada loh. Saya hanya bercerita kebetulan dari 12 (mahasiswi) itu ternyata tidak ada yang pakai kerudung," ungkapnya.

BACA JUGA: Klarifikasi Rektor ITK Balikpapan soal Status Bermuatan SARA

Budi menjelaskan, pilihan diksi di dalam tulisan statusnya itu berawal ketika dirinya sedang menjadi bagian dari tim seleksi mahasiswa beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Saya saat itu saya sedang mewawancarai calon peserta student mobility. Menurut saya ini cukup surprise, ternyata dari 14 mahasiswa yang saya wawancarai, terdiri dari dua cowok dan 12 cewek, kebetulan kok tidak ada yang berkerudung semua. Kok seperti mahasiswa jaman dulu ya. Makanya saya nulis itu," jelasnya.

Menurutnya, keduabelas mahasiswa tersebut juga memiliki nilai IP yang cukup tinggi. Budi menilai, seluruhnya juga memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup baik.

"Saya senang sekali karena mereka ini ternyata pinter-pinter. IP mereka itu 3,9 dan 3,8. Bahasa Inggrisnya bagus. Orang tua pasti kagum lah. Dan mereka itu sangat open minded. Kemudian kami bicara mencari informasi tempat-tempat tujuan," jelasnya.

Budi menyayangkan banyak pihak yang salah paham dengan maksud dari isi tulisannya itu. Hal tersebut terjadi dikarenakan ada oknum yang menurutnya sengaja menggarisbawahi perihal sebutan penutup kepala dan manusia gurun.

"Itu yang menurut saya, sangat disayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," ungkapnya.

"Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau tidak. Nggak ada. Karena poin-poin yang dinilai bukan itu. Bahkan soal pertanyaan mengenai agama saja enggak ada. Jadi gak ada itu diskriminasi," jelasnya.

"Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup kaya orang timur tengah kan banyak pasir, angin, panas gitu ya. Ya seperti gaya anak-anak muda seperti dulu. Dan saya tidak ada menyebutkan, menilai perempuan menggunakan kerudung saya akan nilai jelek," tambahnya.

Kendati demikian, Prof Budi sadar bahwa tulisan statusnya itu kekinian dipermasalahkan lantaran dianggap mendiskriminasi perempuan berhijab serta bermuatan SARA.

"Ya itu konsekuensi dari bahasa tulisan saya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda, ya. Saya menyayangkan karena banyak yang men-screenshot, kemudian dikasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," ucapnya.

Prof Budi kembali menegaskan kalau dirinya tidak pernah menilai mahasiswa perempuan yang menggunakan hijab ataupun tidak.

"Karena poin-poin yang dinilai bukan dari itu. Bahkan pertanyaan mengenai agama aja enggak ada. Kami hanya menanyakan apa yang akan mereka lakukan, programnya apa, nanti kalau pulang kontribusi buat masyarakat apa, buat perguruan tingginya apa, buat bangsanya apa," ucapnya.

Ditambahkan Budi bahwa dirinya juga sudah melakukan klarifikasi ke pihak kampus perihal permasalahan yang saat ini tengah mencuat ke publik.

Dia berharap agar permasalahan tulisan statusnya itu tidak sampai melibatkan dan menyeret nama besar ITK Balikpapan.

"Ada yang mempermasalahkan dan ingin sampai mengadakan press release resmi tetapi saya bilang enggak usah nanti nama ITK malah terbawa-bawa, tetapi kalau apakah mereka setuju atau tidak dengan saya, saya enggak tahu. Banyak kepala ya, banyak pendapat," tutupnya. (mcr14/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Manusia Gurun


Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Arditya Abdul Aziz

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler