PADANG -- Masa tanggap darurat di Kepulauan Mentawai sesuai standar internasional, yaitu selama 7 hari, telah berakhir kemarinMemasuki minggu kedua ini, para relawan yang akan melakukan evakuasi harus bergerak menuju Padang, kecuali dokter dan tim medis, relawan pengiring logistik, serta TNI/Polri.
"Mulai hari ini kita harapkan para relawan ini sudah bergerak menuju Padang
BACA JUGA: Empat Kapal Perang Bertolak ke Teluk Bayur
Sebab, setelah tiga hari ke depan tidak ada lagi kapal relawan yang akan berangkat dari dan ke Padang, sehingga mereka terpaksa naik kapal regular nantinya dengan biaya sendiri," kata kepala Pusdalops BPBD Sumbar, Ade Edward kepada Padang Ekspres (Grup JPNN) kemarin.Selain meminta relawan balik ke Padang, pengiriman relawan juga akan dihentikan, kecuali yang mengiringi pengiriman logistik dan tim medis
BACA JUGA: Lubang Merapi Makin Banyak
"Kita mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan relawan dari berbagai pihak tersebutBACA JUGA: Korupsi, Kejari-Unhas Cek Kediaman Wawali
Sedangkan untuk operasi selanjutnya diserahkan ke TNI/Polri dan Basarnas yang terbiasa menguasai medan yang berat," ungkap Ade.Sejak 26 hingga 31 Oktober lalu, jumlah relawan yang telah berangkat dari pelabuhan Teluk Bayur dan Bungus menuju Mentawai telah mencapai 1.500 orang, di luar tim SAR, TNI/Polri, dan petugas medis, yang jumlahnya hampir samaOleh sebab itu, mulai kemarin, semua kapal yang akan diberangkatkan ke Mentawai adalah kapal pengangkut logistik makanan, obat-obatan, serta tim medis saja.
Relawan yang diberangkat dengan kapal laut tersebut antara lain, Kapal Navigasi KM Muci mengangkut 384 relawan pada Selasa (26/10), Kapal KM Bahtera Jaya mengangkut 131 relawan, berangkat Rabu (27/10)Kapal KM Kimbalun dari Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), mengakut 280 relawan, yang berangkat Kamis (28/10), serta kapal dari PT Pelni, KM Bolabor yang mengangkut 500 relawan, berangkat Jumat (29/10)Sedangkan, Sabtu dan Minggu (30-31/10) relawan gagal berangkat karena cuaca ekstrim
Sementara itu, lanjut Ade Edward, dengan berakhirnya masa tanggap darurat internasional ini, maka secara informal akan diperpanjang seminggu lagi sesuai dengan yang ditetapkan gubernur sebelumnya, bahwa masa tanggap darurat 2 mingguJika target 2 minggu belum terpenuhi, dimana masih terdapat daerah-daerah yang belum tersentuh evakuasi atau bantuan, maka akan diperpanjang lagi nantinya.
Selama seminggu ke depan, selain evakuasi lanjutan oleh TNI/Polri dan Basarnas, penanganan korban akan terkonsentrasi pada korban selamatDimana akan dilakukan penanganan traumatic helling dan penanganan pascabencana terhadap pengungsi, seperti persiapan rumah hunian sementara, penyaluran bantuan logistik makanan, obat-obatan, tenda, perawatan kesehatan dan sebagainyaSelain itu juga dilakukan perbaikan lingkungan tempat tinggal seperti sanitasi, penyediaan air bersih dan seterusnya.
"Sejalan dengan itu juga dilakukan perbaikan terhadap fasilitas umum, seperti, sekolah, pasar, rumah ibadah, dan fasilitas lainnyaSemuanya sudah dipersiapkan dan bergerak sejak awal masa tanggap darurat lalu, hanya timnya berbeda-bedaMereka telah mulai melakukan pekerjaan sesuai tugas masing-masingDengan demikian, proses penanganan pascabencana hingga rehab-rekon bisa berjalan cepat," tuturnya.
Mengenai rumah hunian sementara, Ade mengungkapkan, akan dibangun 500 meter dari pantai dengan ketinggian 20 meter dari permukaan lautPembangunan hunian ini juga mengakomodir budaya setempat, yaitu, menggunakan kayu sebagai materialnya dan berbentuk rumah panggung"Penggunaan kayu dari hutan di sana sudah mendapat izin dari Kapolda, sehingga pembangunannya bisa dilaksanakan tanpa ada masalah dengan materialnya," ujarnya(o)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunung Soputan Masuk Kategori Waspada
Redaktur : Tim Redaksi