Lubang Merapi Makin Banyak

Selasa, 02 November 2010 – 05:15 WIB

BOYOLALI - Ancaman erupsi Merapi berlanjutGunung berapi paling aktif di dunia itu kembali menyemburkan awan panas secara vertikal hingga setinggi 1,5 kilometer mulai pukul 10.00 hingga 11.47 kemarin (1/11)

BACA JUGA: Korupsi, Kejari-Unhas Cek Kediaman Wawali

Karena itu, puncak Merapi bisa terlihat hingga radius puluhan kilometer
Selain itu, semburan awan panas atau wedhus gembel ini tersebut dilaporkan sampai enam kali dengan letusan dahsyat.

Muntahan material panas dari gunung tersebut juga masih mengalir hingga 3 kilometer, termasuk ke Kali Gendol di Sleman

BACA JUGA: Gunung Soputan Masuk Kategori Waspada

Sedangkan awan panas terus mengarah ke timur (Boyolali dan Solo) sejak Minggu (31/10)
Di Kemalang, hanya terjadi hujan abu dan pasir

BACA JUGA: Tak Berizin, Aksi Penggalanan Dana Dihentikan

Hujan abu juga dilaporkan mengarah ke Salatiga, Semarang, dan Purwodadi

Sejak pukul 09.47, ada tanda-tanda dengan gempa low frequency," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta Subandriyo kemarin"Hujan abu terjadi di Cepogo dan Mojosongo (Boyolali)Selain itu, hujan pasir dan kerikil terjadi di Wonodoyo, Klaten," imbuh Subandriyo.

Diperkirakan, semburan awan panas masih terus terjadiSebab, kubah lava di puncak Merapi terus berguguranKini puncak Merapi sudah membentuk cekungan berdiameter sekitar 250 meter"Kapan berhentinya, kami tidak bisa memastikanSebab, aktivitas di perut gunung masih terus berlangsungHal tersebut sesuai dengan catatan seismograf yang mengalami kegempaan," terang dia.

Karena sulit diprediksi, BPPTK enggan mengambil risikoPos pengamatan terdekat yang berada di Babadan ditarik untuk menghindari bahaya letusan MerapiPetugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan, Ismail, mengatakan bahwa penutupan itu dilakukan atas instruksi BPPTK Jogjakarta

Belum dipastikan sampai kapan pos yang berjarak 4,4 kilometer dari puncak Merapi tersebut dibuka lagi"Mulai hari ini, kami pindah ke pos cadangan di Dusun Krinjing yang berjarak sekitar 6,5 kilometer dari puncak Merapi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Ismail kemarin.

Dia menuturkan, sebenarnya sejak Minggu malam (31/10) pemantauan mulai dilakukan dari KrinjingNamun, beberapa peralatan yang bisa dibawa baru dipindah hari iniAntara lain, radio komunikasi, teropong, dan kameraMenurut dia, dalam beberapa hari terakhir luncuran awan panas cenderung menyebar, termasuk ke arah Sungai Senowo, dekat pos Babadan

"Untuk sementara, pos pengamatan pindah ke KrinjingPaling tidak hingga status Merapi turun dari awas menjadi siaga," ujarnya

Dia mengatakan, pengamatan dari Krinjing dilakukan secara visual dan melalui frekuensi sinyal radioSedangkan seismograf tetap di pos BabadanPetugas dan warga saling membantu menebang pohon dan memangkas dahan di sekitar posSebab, pandangan petugas ke arah puncak Merapi terhalang.

Menurut analis stasiun pengamatan Bale Rante, Klaten, ALesto Prabhancana Kusumo, semua pola letusan Merapi kali ini sangat berbeda dengan sebelumnyaAda dua hal yang paling dikhawatirkan oleh LestoYang pertama, Merapi sudah berlubang-lubang

"Berdasar pengamatan, ada sejumlah lubang keluar lava di sisi tebingBanyak dinding yang berlubangArtinya, keluarnya material vulkanis Merapi tak lagi mengikuti pola terdahulu," tambahnyaDengan semakin banyaknya lubang, semakin banyak jalan keluar untuk material vulkanisItu semakin berbahaya

Yang kedua, ada patahan di bawah kaki Gunung Kendil"Dengan letusan kemarin, saya khawatir patahan tersebut membesarBila membesar, bisa mengakibatkan sebagian besar puncak Merapi runtuh," ucap diaBila skenario buruk itu yang terjadi, Merapi seperti tumpeng yang teriris puncaknyaMaka, puluhan juta meter kubik material akan terlontar dan menimbun wilayah sekitarnya

Untuk itu, Lesto mengatakan masih meneliti kandungan material dari guguran yang ada"Sekilas, PPM (part per million)-nya sangat rapatItu menunjukkan bahwa material yang keluar cukup banyak," terang diaPendek kata, Lesto ingin semua pihak sudah siap untuk mengantisipasi skenario terburuk"Prediksi yang saya lontarkan memang burukTapi, jujur saja, saya berharap saya salah agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan," paparnya.

Ya, luncuran awan panas ke udara kemarin terlihat sangat jelas dari wilayah Cepogo dan MusukAwan panas bertahan di udara sekitar setengah jam dan menjadi hujan abu vulkanis empat jam lebih"Ketebalan debu sampai 2 sentimeter," kata Kepala Desa (Kades) Wonodoyo, Kecamatan Cepogo, Slamet Widodo ketika ditemui di dusun yang paling dekat dengan puncak Merapi, yakni Dusun Kujon

Dusun Kujon hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari puncak MerapiKondisi itu pun membuat suhu udara di tiga wilayah, yakni Musuk, Cepogo, dan Selo, lebih panas daripada sebelumnyaHanya, hujan abu tidak sampai di Selo lantaran awan panas meluncur ke arah timur.

Setelah letusan besar yang terpantau dari Selo, terlihat asap tebal berwarna hitam kemerahan membubung tinggi ke arah timur, Cepogo dan Musuk"Suhunya panas, Mas," imbuh Slamet.

Sementara itu, siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di Kecamatan Manisrenggo, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari puncak Merapi, juga berhamburan keluarMereka panikPara siswa itu juga selalu berdoa dengan dipimpin guru merekaBeberapa anak yang orang tuanya tidak berada di pos pengungsian menangis kerasAkibatnya, relawan sibuk menenangkan merekaWarga lain ikut panikMereka yang memiliki kendaraan langsung naik ke atas untuk menjemput anggota keluarga yang masih berada di rumah.

"Saya sendiri saat kejadian mencari rumput di ladangSuaranya sangat keras dan langsung ada wedhus gembel yang keluar dari puncak gunungSaya langsung lari ke pos, kumpul untuk menyelamatkan diri," ujar Gunarto, 45, warga Dusun Kepiksari, Desa Balerante.

Puluhan warga langsung naik trukBahkan, di antara warga yang dievakuasi, ada yang hanya mengenakan handukSebab, saat terjadi letusan, dia mandiDia belum sempat mengenakan pakaian karena khawatir terkena wedhus gembel"Saya takut, seolah melihat awan panas di atas rumah sayaKarena itu, saya tidak sempat mengenakan pakaianLangsung lari, minta tolong kepada warga lain," ujar Hagiyem, 60, yang kemarin siang masih tampak shock

Sebelum Merapi meletus, penduduk Dusun Sidorejo hebohSebab, dua maling yang hendak menyatroni sebuah rumah dan mencuri burung tertangkapDua orang tersebut akhirnya diamankan oleh polisi setelah tertangkap dan dihajar wargaSalah seorang di antara mereka sempat bersembunyi di sebuah jurang, tapi bisa ditangkap.(ano/un/vie/jpnn/c11)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru di Halmahera Selatan Mogok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler