KESEDIHAN terpancar dari salah satu rumah di Perumahan Villa Japos, Ciledug, Tangerang, BantenRumah itu adalah milik keluarga B
BACA JUGA: Densus Tangkap Beni Asri, DPO Bom Cirebon
Sutopo, FOO (Flight Operation Officer) PTBACA JUGA: Harus Tinggalkan Jaket Kulit
Meski jenazah belum dipulangkan, keluarga sudah menyiapkan tenda dan bendera kuning tanda duka.Rumah tersebut juga mulai ramai dikunjungi tetangga dan sanak famili
BACA JUGA: KPK Tak Berniat Permalukan DPR
Obrolan mereka tidak jauh-jauh dari sosok SutopoMulai perilakunya, hingga kemungkinan meninggalnya ayah empat anak itu.Saat Jawa Pos berbincang dengan anak kedua Sutopo yakni Diego Bagus, sayup terdengar perbincangan bagaimana Sutopo meninggalPosisi seluruh korban yang tewas di tempat duduk membuat mereka terusik mencari tau lebih jauh"Apa karena kekurangan oksigen ya, yang pasti gunung itu dingin banget," ujar salah satu keluarga.
Diego sendiri juga tidak habis pikir dengan lambatnya pola evakuasiMenurutnya, jika semua dilakukan lebih cepat kemungkinan keluarganya masih hidup tetap tinggiApalagi, saat awal tim PT NBA melakukan pencarian sempat melihat kondisi pesawat yang utuh"Seharusnya tidak seperti ini," katanya lemah.
Sejatinya, hati keluarga sudah geregetan saat perusahaan melakukan monitoring pesawat Cassa melalui pesawat milik Susi AirDia berharap saat itu juga ada orang yang diturunkan dari pesawat atau helikopter untuk melihat kondisi penumpangNamun, harapan bahwa orang tuanya masih hidup makin menipis saat dia tahu pesawat itu tidak melakukan apa-apa.
Perasaannya makin karuan ketika sore hari dikabarkan hujan turun di hutan tersebutBerdasar informasi yang dia kumpulkan, cuaca bisa sampai 2 derajat dari keadaan normal yang rata-rata 21 derajatKalaupun ada yang selamat, bisa jadi kedinginan dan terserang hiportemia"Apalagi, pintu pesawat terbuka," imbuhnya.
Dia lantas meningat satu komunikasi terakhir yang dilakukan ayahnyaSebelum terbang meninggalkan Medan, seperti biasa Sutopo menelepon istrinya yang bernama Barbara YuliantiRutinitas komunikasi yang dilakukan Sutopo setiap hendak terbang itu juga tidak berbeda dari biasanyaMengingatkan istrinya untuk sarapan dan senam.
Komunikasi yang dilakukan pukul 06.00 tersebut berubag menjadi ketegangan ketika PT NBA menginformasikan pesawat belum sampai di AcehPadahal, harusnya sudah landing pukul 08.00Tangis keluarga pecah ketika televisi mulai menayangkan pesawat Cassa 212 jatuhInformasi yang diberikan perusahaan kemudian juga sangat terbatas.
Yang paling menyesakkan dari kepergian ayahnya adalah 22 Oktober nanti Sutopo berulang tahunKeluarga sudah menyiapkan berbagai acara seperti berlibur ke puncak bersama keluarga besarOleh sebab itu, Senin besok Sutopo berencana pulang ke rumah"Tidak menyangka, pulang dalam kondisi seperti ini," tuturnya.
Rencana berlibur pun berantakanDiganti dengan rencana keluarga untuk memakamkan almarhum ke TPU Joglo, Jakarta Barat yang jaraknya sekitar 60 menit dari rumah dukaKini, dia hanya bisa berharap agar evakuasi bisa dilakukan dengan cepat"Saya dengar cuaca menyulitkan lagiTapi, saya mohon bisa cepat," harapnya.
Namun, dia tahu pihaknya tidak bisa berbuatBahkan, ibunya yang bertolak ke Medan pada Sabtu (1/10) pagi juga belum mendapat banyak informasiPadahal, dia berada di Mess PTNBA dan berasumsi perusahaan bakal member banyak informasi"Mama berangkat pagi sebelum ada pengumuman dari SAR," tandasnya.
Kekecewaan lambatnya langkah evakuasi diharapkan Diego tidak terulang pada proses otopsiDia ingin mengetahui lebih jauh apa yang membuat ayahnya berpulang ke Yang Maha EsaApakah karena benturan atau sebenarnya saat pesawat jatuh masih hidup dan alam yang menyelesaikan semuanya
"Tapi, bisa saya pastikan kalau keluarga sudah ikhlas," jelasnyaMaksudnya, keluarga tidak akan menuntut PT NBA kalau terbukti ayahnya meninggal karena terlambat di evakuasiDia hanya meminta agar kejadian ini bisa membuka mata pemerintah untuk mengevaluasi tim SAR dan menjadi pelajaran di masa depan(dim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Dalami Dugaan Korupsi Gubernur Banten
Redaktur : Tim Redaksi