Rencana Kenaikan Tarif Busway Diwarnai Pro-Kontra

Kamis, 25 Desember 2014 – 07:54 WIB

jpnn.com - GAMBIR – Pemprov DKI berencana menaikkan tarif bus Transjakarta pada 2015. Alasannya, harga tiket saat ini tidak mampu menutupi biaya operasional. Namun, rencana itu memicu pro-kontra di kalangan DPRD DKI Jakarta. Ada yang mendukung, ada pula yang menolak.

Anggota Komisi B DPRD DKI Nurafni Sajim termasuk kelompok yang mendukung kenaikan tarif Transjakarta. Dia mengatakan, ongkos busway (sebutan bus Transjakarta) tidak pernah naik sejak 2004.

BACA JUGA: Kapal Terbakar, Seorang Pekerja Tewas Terpanggang

"Jadi, wajar saja naik dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000 atau Rp 6.000," ujar Afni –panggilan Nurafni Sajim– di gedung DPRD DKI, Rabu (24/12).

Rencana kenaikan tarif busway diungkapkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dalam beberapa kali konfirmasi sebelumnya, Ahok menyatakan bahwa harga tiket Transjakarta yang hanya Rp 3.500 untuk semua rute dan jarak tempuh terlalu murah. Besaran kenaikan memang belum pasti. Namun, dia sempat menyebut angka Rp 6.000.

BACA JUGA: Derita Korban JIS tak Sebanding dengan Hukuman Pelaku

Menurut Afni, kenaikan tarif tersebut adalah hal yang lumrah. Sebab, pengelola Transjakarta adalah BUMD yang berstatus perseroan terbatas (PT). Dengan begitu, perusahaan harus benar-benar mengembangkan bisnis agar bisa memberikan keuntungan bagi daerah.

"Tapi, jangan sampai tarif sudah dinaikin, tapi tetap rugi. Kan tujuan tarif naik agar bisa memberikan keuntungan untuk pendapatan asli daerah DKI," terangnya.

BACA JUGA: Anak Udar Pristono Mangkir Lagi dari Panggilan Kejagung

Meski demikian, ketua DPC Partai Demokrat Jakarta Barat itu memberikan catatan khusus kepada PT Transjakarta selaku pengelola bus Transjakarta.

Menurut Afni, kenaikan tarif harus diimbangi dengan perbaikan pelayanan. Dengan begitu, masyarakat bisa menikmati kenyamanan saat menggunakan transportasi andalan warga DKI tersebut.

”Bagi warga Jakarta, mahal sedikit tidak apa-apa asal nyaman. Cara ini bisa mengurangi kemacetan,’’ lanjut dia.

Sikap berbeda ditunjukkan anggota komisi B lainnya, Taufik Azhar. Dia terang-terangan menentang rencana kenaikan tarif busway. Alasannya, pelayanan bus Transjakarta kini masih sangat buruk. Misalnya, masih terjadi antrean panjang di halte pada jam sibuk.

Selain itu, masih ada busway yang sering mogok, jalur belum steril, dan aspalnya bergelombang.

"Perbaiki dulu semua kekurangan, baru naikin tarif. Jangan menaikkan tarif seenaknya dong. Kami pasti menolak,’’ tegasnya.

Taufik meminta PT Transjakarta mengkaji kembali wacana tersebut dengan matang.

"Kenaikan sebesar itu tak laik untuk Transjakarta. Kalaupun mau naik, seharusnya hanya di kisaran Rp 4.500,’’ tandas politikus Partai Golkar itu.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih membantah ada wacana kenaikan tarif bus Transjakarta pada 2015. Sebab, sampai saat ini pihaknya belum membahas soal kenaikan ongkos busway.

’’Itu sama sekali tidak benar. Dikaji dan dirapatkan saja belum, kok tiba-tiba mau dinaikkan,’’ cetusnya. (riz/co1/oni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bima Arya: Perayaan Natal Jemaat GKI Yasmin di GKI Induk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler