Rencana Merger INKA-KAI Dinilai Kurang Tepat

Rabu, 28 Oktober 2020 – 22:31 WIB
PT Kereta Api Indonesia (KAI). Foto dok KAI

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo meminta agar pemerintah melakukan kajian terdahulu terkait rencana merger atau proses penyatuan dua perusahaan PT INKA ke PT KAI.

Menurut Agus, rencana tersebut kurang tepat untuk dilakukan.

BACA JUGA: Libur Panjang, Ini Saran dari PT KAI Agar Tidak Tertinggal Kereta

"(Pemerintah) lakukan studi yang cermat dan laksanakan kajian secara mendalam dan untuk studinyan ya  pilih lembaga yang kompeten," kata Agus.

Agus menegaskan dirinya tidak setuju atas rencana Menneg BUMN untuk merger PT KAI dengan PT INKA.

BACA JUGA: Ogah Terjun ke Dunia Politik, Deddy Corbuzier: Karena Suara Gue Didengar Masyarakat

"Bisa hancur dua duanya, sekarang  PT KAI yang zaman Pak Jonan, (Menhub, 2014-2016, red) bagus sekarang merosot lagi kinerjanya bahkan kembang kempis lagi  karena disuruh ngurus yang lain-lain yang tidak ada urusannya dengan PT KAI. Sekarang kan PT KAI disuruh ngurus LRT, ngurus KCIC, hingga kondisinya sekarang turun  lagi," papar Agus.

Menurut Agus, pemerintahan sekarang memang rajin melakukan merger perusahaan negara yang pada akhirnya kinerjanya juga masih belum teruji.

BACA JUGA: Mufti Anam Minta Erick Thohir Kaji Ulang Rencana Menjadikan INKA Anak Usaha PT KAI

Karena itu, terkait rencana merger KAI dan INKA ini, dirinya tidak setuju.

Terpisah, pengamat transportasi dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Djoko Setiowarno mengatakan, PT INKA, saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup bagus.

"Inovasi dan kreatifitas pengembangan usahanya sudah mulai menampakkan hasilnya. Diberi kepercayaan negara lain untuk memproduksi kereta dan loko," paparnya.

Menurut Hendrowijono, opsi yang diwacanakan pemerintah dengan tujuan agar INKA dan KAI maju, dan negara mendapat manfaat.

Namun, saat ini INKA sudah punya pabrik baru, fix cost tinggi, butuh proyek, dan di sisi lain pasar domestik hanya dari KAI, itupun baru tiga tahun terakhir.

"Kalau tidak ada proyek, akusisi INKA akan membebani keuangan KAI yang lagi terdampak pandemi covid-19," paparnya.

Karena itu, dia khawatir kalau INKA jadi anak perusahaan, pemerintah Congo akan balik kanan dan memilih China atau Turki.

"Megaproyek batal, INKA masuk KAI tanpa proyek, yang terjadi KAI ambruk. Dulu Pak Jonan sudah sangat bagus mereformasi  KAI, jadi saya sangat menyayangkan kalau KAI ambruk," sebut dia.(chi/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler