Repotnya Mengikuti Forum Kelas Dunia di Kota Kecil Davos

McD pun Tak Ada, Terpaksa Diganjal Indomie

Selasa, 25 Januari 2011 – 08:08 WIB

Presiden SBY akan menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos yang berlangsung mulai besok hingga 29 Januari mendatangBagaimana kondisi kota di Pegunungan Alpen, Swiss, yang saban tahun menjadi tempat berkumpulnya para pemimpin negara dan eksekutif puncak itu?
 
======================
    DJOKO SUSILO, Davos
======================

KETIKA masih di kampung dulu, kalau batuk-batuk, saya sering diberi permen pelega tenggorokan berbungkus biru dengan nama "Davos"

BACA JUGA: Aktivitas Fariz R.M yang Makin Giat Kampanyekan Kerukunan Beragama

Lantaran orang kampung sulit mengeja dengan benar, kami sering menyebutnya dengan nama "Dapros" atau "Dapos"


Memang sangat susah melafalkan huruf "V" bagi saya yang asli Jawa

BACA JUGA: Mengintip Sidang Adat Dayak terhadap Prof Thamrin

Tidak pernah tahu bahwa Davos adalah nama kota terkenal di Swiss
Tidak terbayangkan juga suatu saat saya akan berdingin-dingin di kota yang terletak di Pegunungan Alpen tersebut.

Kota Davos memang terkenal sebagai kota yang dingin

BACA JUGA: SD Tribuana, Sekolah Miskin Dekat Kantor Dinas Pendidikan

Dalam musim winter seperti sekarang ini, suhu rata-rata bisa mencapai minus 20 derajat Celsius dan ketebalan salju mencapai 50 cmKarena itu, sejak jauh-jauh hari, para peserta WEF, khususnya yang berasal dari negara tropis seperti Indonesia, sudah diingatkan agar membawa mantel tebal dan sepatu bot.
 
Davos memang terkenal sebagai kota peristirahatan dan bermain skiWajar kalau sangat dingin dan saljunya tebalYang merepotkan, kota itu sangat kecil dengan hotel yang daya tampungnya juga sangat terbatasSaya perkirakan hanya sebesar Kota Batu, Jawa Timur, yang juga memiliki hotel terbatas

Akibatnya, dalam musim WEF, harga kamar melangitSama saja seperti pedagang di mana pun, para pemilik hotel, losmen, serta apartemen di Davos memanfaatkan aji mumpungKamar hotel yang dalam keadaan normal berharga USD 100 bisa dijual hingga USD 1.000 atau malahan USD 1.500 semalam
 
Demikian juga apartemenUntuk apartemen tiga kamar, misalnya, lama sewa harus seminggu dengan harga rata-rata USD 10.000 sampai USD 15.000 atau bahkan lebihItu pun berebutDengan kata lain, jika tidak pesan setidak-tidaknya enam bulan di depan, dijamin tidak akan ada kamar di Davos dalam waktu acara WEF ini.
 
Berkah mahalnya kamar hotel itu pun bahkan sampai terasa di Kota Zurich yang berjarak sekitar tiga jam perjalanan dengan mobil dari DavosDi Hotel Movenpik yang dekat dengan Bandara Zurich, two bedroom yang normalnya bertarif USD 240 sekarang mendadak dijual dua kali lipat menjadi USD 480

Di Bad Ragaz yang berjarak lebih dekat, sekitar 45 menit dari Davos, kamar suite ditawarkan USD 10.000 per malamMemang, harga itu tergolong gila-gilaan untuk ukuran di Swiss sekalipun, tapi tetap laris bukan main.
 
Bisa dikatakan, Davos, khususnya pada acara World Economic Forum, sudah menjadi Makkah-nya para pendukung globalisasi maupun yang anti globalisasiTidak heran, pada WEF 2000, Davos pernah diserbu para demonstran anti globalisasiLantaran penjagaan yang sangat ketat, para demonstran tidak bisa mendekati kawasan Kongres Zentrum, tempat berlangsungnya acara

Kekesalan mereka akhirnya ditumpahkan ke restoran cepat saji McDonald"s yang dihancurkan totalSejak saat itu sampai hari ini, di Davos tidak ada lagi restoran cepat saji merek apa pun dari Amerika Serikat atau negara lain.
 
Acara WEF digagas Prof Klaus Schwab dari University of GenevaDia mula-mula mengundang sekitar 400 pebisnis Eropa dalam forum bincang-bincang bisnis yang dirancang dalam suasana yang informal dan rileksKarena itulah, dipilih Kota Davos yang memang terkenal sejak dulu sebagai kota peristirahatan

WEF makin terkenal ketika awal 1980-an berhasil mempertemukan Nelson Mandela dan F.WDe Klerk yang sukses menyudahi konflik di Afrika Selatan serta menghindarkan pertumpahan darah yang tidak perlu.
 
WEF akhirnya menjadi pertemuan yang sangat bergengsiBisa dikatakan, tokoh pemerintahan atau swasta yang diundang ke WEF diakui sebagai tokoh penting kelas dunia

Bagi kalangan swasta, ketentuan menjadi anggota WEF sangat beratDari Indonesia, ada beberapa perusahaan yang sudah menjadi memberMisalnya, Lippo GroupUntuk itu, perusahaan harus membayar biaya tahunan CHF 42.500 atau lebih dari Rp 400 juta dan biaya annual meeting CHF 18.000 atau lebih dari Rp 170 jutaBahkan, sejumlah perusahaan yang berminat menjadi sponsor acara atau strategic partner harus menyumbang minimal sekitar Rp 2,36 miliar (CHF 250.000) sampai CHF 500.000Pokoknya, WEF adalah forum yang memerlukan uang banyak.
 
Indonesia yang menjadi salah satu anggota G-20 dan ketua ASEAN dianggap sebagai negara yang cukup penting, apalagi pertumbuhan ekonominya terbaik di kawasan ituTidak heran, cukup banyak tokoh dunia yang antre meminta bertemu Presiden SBYDi antaranya, Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden Prancis Nicholas Sarkozy, serta PM Inggris David Cameron.
 
Kehadiran Presiden Indonesia setelah hampir 10 tahun lalu (Gus Dur pernah hadir pada 2000, tapi saat itu situasi ekonomi di tanah air belum membaik) saat ini membawa optimisme begitu besarPara peserta WEF mengharapkan Indonesia memerankan posisi yang lebih penting dalam ekonomi dunia.
 
Bukan hanya mahalnya ongkos yang bikin repotLantaran kotanya sangat kecil dan fasilitasnya terbatas, mereka yang hanya berperan sebagai tim pendukung juga sangat repotUntuk makan saja, repotnya bukan mainDalam catatan saya, hanya ada dua restoran Tiongkok dan tidak ada restoran makanan Asia lainnya

Memang ada beberapa restoran Eropa atau AmerikaTapi, jumlah dan daya tampung seat-nya juga sangat terbatasKarena itu, sudah menjadi kebiasaan, jika ada pejabat Indonesia yang mengikuti acara WEF, petugas KBRI harus sudah siap dengan berbagai persoalan logistikMisalnya, Indomie atau mi instan merek lainnya harus selalu tersediaDemikian juga teh celup atau kopi yang sekadar untuk dipakai sendiri.
 
Davos, khususnya kawasan sekitar Kongres Zentrum, hari-hari ini akan penuh sesak dengan manusiaDiperkirakan, pada waktu puncak, lebih dari 10 ribu orang menjejali tempat acara yang luasnya hanya setara dengan Hotel Hilton Jakarta (kini The Sultan) ituWajar jika saat jalan peserta sering bertabrakan dengan pejalan kaki lain di dalam ruangan atau jatuh terpeleset salju jika di luar ruangan yang sangat dingin(c5/el)
 

*) Djoko Susilo adalah mantan wartawan Jawa Pos yang sekarang menjabat duta besar RI untuk Swiss dan LichtensteinDia bisa dihubungi di thedjokosusilo@gmail.com

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perjuangan Dian Syarief Mengedukasi Masyarakat tentang Penyakit Lupus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler