Di tengah gedung-gedung pemerintahan di Sekupang, SD Tribuana terselip dan terlupakanHanya memiliki satu lokal, digunakan siswa enam kelas. Atapnya bocor, memperihatinkan.
============
DARI kejauhan gedung itu mirip gudang bekas pabrik yang tak dipakai lagi. Bahkan tak jarang gedung tua tersebut dikira sarang burung walet oleh warga
BACA JUGA: Perjuangan Dian Syarief Mengedukasi Masyarakat tentang Penyakit Lupus
Catnya kusam, temboknya rontok di sana-sini.Di halaman gedung hanya terdapat lapangan voli yang lantainya sudah pecah semua dan tiang bendera merah putih lusuh
BACA JUGA: Ketika Rano Karno Benar-benar Jadi Anak Kuliahan
Pintunya hanya dipasangi seng yang sudah berkarat.Jika hujan deras turun, kondisi dalam bangunan seperti tampungan air
Inilah Sekolah Dasar (SD) Tribuana Batam, sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Reuni Batam-Kepri
BACA JUGA: Kaget, Film Golok Setan Di-Dubbing di Australia Jadi Devils Sword
Gedung tersebut telah dimanfaatkan sebagai ruang sekolah sejak 2004 silamJatuh bangun sudah tak terhitung lagi dirasakan oleh yayasan ini mempertahankan sekolah agar tetap berdiriDemi membagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki para guru kepada anak-anak miskin yang membutuhkan.SD Tribuana pernah menempati ruang yang disewa dari Shangrilla HotelKarena tidak sanggup lagi membayar maka pihak yayasan harus pindah ke tempat lain“Kalau hujan turun, kami pindah cari tempat yang tidak kena hujan,” ujar Rianto, murid yang duduk di kelas V.
SD Tribuana memiliki 56 murid dari kelas 1 hingga kelas 6Pengajarnya ada 6 orangMasing-masing menangani satu kelasSelain untuk SD, ruang kelas tersebut juga digunakan untuk taman kanak-kanak (TK) dengan 10 murid.
Bangku yang tersedia untuk belajar siswa semuanya hanya ada 30 saja. Satu bangku yang wajarnya diisi dua siswa, di SD Tribuana ini, lima siswa harus rela berbagi satu bangku.
Sedangkan fasilitas mengajar guru hanya ada dua papan tulis yang sudah lusuh dengan penyangga yang sudah pada lapuk.
Ruangan dengan lebar 5 meter dan panjang mencapai 10 meter tersebut di dalamnya juga dijadikan perpustakaan darurat tanpa ada penyekat sedikitpun yang memisahkan dengan ruang belajar.
Saat Batam Pos memasuki gedung SD Tribuana, udara panas langsung terasa menyengat seluruh tubuhBelum lagi debu yang memenuhi ruangan terasa pengap kalau dihirup dan pedih di mata.
”Sebenarnya udara di dalam terasa pengap sekali dan berbahaya kalau keseringan kita hirupNamun gimana lagi kami harus berbuat, demi pengabdian semua jadi seperti biasa,” ujar Rahma, salah satu guru, yang bersiap mengajar sambil membawa tongkat ketukan dengan panjang 70 cm.
Terdengar suara keras dan serempak berdiri dari siswa SD dengan mengucapkan salam “Selamat pagi, Bu”.
Para siswa seolah tak menghiraukan kondisi memprihatinkan gedung sekolah merekaMereka tetap bersemangat mengikuti pelajaran yang disampaikan guruMeskipun gedung dalam keadaan darurat, suara siswa mengikuti pelajaran, masih terdengar menggema.
Sesekali terdengar bunyi ketukan dari tongkat yang dipukulkan seorang guru ke papan tulis ukuran satu meter kali satu meter tersebut.
Untuk menunjang operasional kegiatan belajar mengajar, SD Tribuna dipungut SPP sebesar Rp80 ribuSPP tersebut dipungut karena memang tidak ada bantuan apapun dari Pemerintah Kota Batam.
“Saya pernah bertanya langsung ke Dinas PendidikanNamun Disdik mengatakan, untuk mendapatkan dana bantuan operasional dari anggaran pendidikan dan dana BOS tiap sekolah harus memiliki izin operasional,” ujar Kepala Sekolah SD Tribuana Musa KasimS.Pdi kepada Batam Pos.
Ia menambahkan, untuk mendapatkan izin operasional perlu adanya izin peminjaman lahan atau gedung dari Otorita Batam, sebagai syarat utama yang harus terpenuhi.
“Di sinilah pokok persoalannyaSebab, surat yang dikirim oleh SD Tribuana tertanggal 03/11/2010 hingga kini belum mendapatkan jawaban dari OB. Bahkan beberapa kali kita bertanya langsung ke OB, hanya mendapat jawaban yang terkesan diping pong,” ujar Musa.
Karena proses operasionalnya tak pasti, maka ujian nasional SD Tribuana digabung dengan SD 05 tibanSebab peserta ujian harus memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)Sementara yang bisa memiliki NISN adalah murid yang bersekolah di tempat yang mengantongi izin pendirian dan operasional jelas.
Kondisi memprihatinkan gedung sekolah Tribuana, hampir sama dengan nasib kesejahteraan guru-gurunya.
Upah guru yang mengajar di SD Tribuana, tergolong jauh dari UMK Batam. Setiap guru hanya digaji sebesar Rp500 ribu per bulannyaItupun kadang- kadang tersendatTergantung kelancaran pembayaran SPP murid.
Mereka tak sedikit yang mengajar di tempat lainnya, semata-mata demi mencukupi kebutuhan hidup“Saya bekerja di tempat lain selesai mengajar di siniMaklum demi memenuhi kebutuhan hidup yang makin susah melanjutkan cita-cita saya untuk kuliah lagi,” ujar Vichi, salah satu guru, sambil tersenyum.
SD Tribuana adalah ironiDi saat yayasan sekolah lain berlomba-lomba membenahi gedung sekolah dan mutunya menuju standar Internasional, SD Tribuana harus belajar dengan perasaan was-was.
Para guru takut sewaktu-waktu gedung sekolah tersebut atapnya tak kuat menahan embusan anginApalagi mereka takut kalau siswanya nanti tak diakui sewaktu mengikuti ujian nasional.
Harapan mereka agar Pemko Batam maupun BP Kawasan peduli terhadap generasi muda seperti nasib siswa SD Tribuana.
Apalagi letak SD Tribuana bertetangga dengan Dinas Pendidikan Kota BatamJangan-jangan, pejabat Dinas Pendidikan tak tahu ada sekolah yang tengah sekarat di samping kantor merekaAlangkah ironisnya! (Galih/Batam Pos/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Bona dan Lagu Andai Aku Gayus Tambunan yang Makin Terkenal
Redaktur : Tim Redaksi