jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) tahun ini.
Sebagai wujud diseminasi model pelindungan bahasa, tema FTBIN 2023 adalah “Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Pendidikan Multilingual dalam Payung Merdeka Belajar”.
BACA JUGA: Rektor Uhamka Menginisiasi Merdeka Belajar Tendik Perguruan Tinggi Muhammadiyah & Aisyiyah
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E. Aminudin Aziz menyatakan suksesnya program revitalisasi bahasa daerah (RBD) yang salah satunya diwujudkan melalui FTBIN.
Tak lepas dari gotong royong pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung program hingga ke tingkat daerah.
BACA JUGA: Baru 52 Bahasa Daerah Direvitalisasi, Kemendikbudristek Meningkatkan Target
FTBIN 2023 berlangsung sejak 12—16 Februari 2023 diikuti 215 peserta FTBI terpilih di 13 provinsi, yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Maluku, dan Maluku Utara.
Aminudin Aziz menyampaikan bahwa para peserta yang hadir didampingi oleh para guru bahasa daerah, kepala sekolah, pengawas, atau pegawai dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi.
BACA JUGA: Hampir Punah, Kemendikburistek Lakukan Revitalisasi Bahasa Daerah NTB
Banyak juga orang tua yang atas inisiatif dan biaya sendiri turut hadir, karena ingin menyaksikan kemeriahan festival ini.
“Saya dapat katakan bahwa revitalisasi bahasa daerah kali ini menjadi perayaan kebahagiaan para penutur, guru, dan pengampu serta pegiat pelestarian bahasa daerah di seluruh wilayah,” tuturnya di Jakarta, Senin (13/2).
FTBIN digelar sebagai bentuk apresiasi kepada peserta Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di 13 provinsi yang melaksanakan platform Merdeka Belajar Episode Ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah (MB-17: RBD) pada 2022. Selain itu, juga dalam rangka peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang dirayakan tiap 21 Februari.
Kepala Badan Bahasa, melalui platform Merdeka Belajar ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah, pihaknya terus menggalakkan upaya pelindungan bahasa daerah.
“Dari berbagai upaya pelindungan bahasa daerah, program RBD merupakan tahapan strategis setelah upaya pemetaan bahasa, pengukuran daya hidup atau vitalitas bahasa, dan upaya konservasi bahasa,” jelasnya.
Program pelindungan bahasa daerah dikatakan kepala badan melibatkan satuan pendidikan, komunitas, dan/atau keluarga.
Hal itu dimaksudkan untuk menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari dan meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah sehingga daya hidup bahasa daerah tersebut berada pada taraf aman dan ditransmisikan dengan baik.
“Kami melibatkan semua orang, kami bertanya ke penutur bahasanya, mana yang perlu direvitalisasi karena ujungnya pengguna bahasa itu yang menggunakan bahasa itu,” paparnya.
Oleh karena itu, pada tahap akhir program RBD, Badan Bahasa memberi apresiasi kepada peserta generasi muda usia SD dan SMP di 13 provinsi. Melalui ajang FTBI, apresiasi diberikan kepada pegiat bahasa daerah secara berjenjang.
Mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi berkat kontribusi positifnya mendukung program RBD sepanjang tahun 2022.
“Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat beserta pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa daerahnya,” pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad