jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Perindustrian berupaya merevitalisasi dan menumbuhkan industri tekstil nasional agar tetap bertahan dan mampu menyediakan lapangan kerja. Pasalnya, kementerian yang dipimpin Saleh Husin itu menggolongkan industri tekstil sebagai sektor strategis.
Saleh mengatakan, program revitalisasi dan penumbuhan industri merupakan cara untuk meningkatkan produksi di sektor tekstil. Menurutnya, pihaknya telah menyediakan anggaran Rp 100 miliar dalam APBN 205 khusus untuk program revitalisasi dan penumbuhan industri.
BACA JUGA: Rupiah Terpuruk, Ini Saran DPR untuk BI
Saleh menjelaskan, program revitalisasi dan penumbuhan industri tekstil itu akan mencakup restrukturisasi mesin dan peralatan. “Tujuannya bukan hanya menaikkan kuantitas tapi termasuk kualitas, efisiensi, dan produktivitas,” katanya dalam peluncuran Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil serta Industri Alas Kaki di Jakarta, Rabu (4/3).
Saleh menjelaskan, program itu juga demi mempersiapkan industri tekstil nasional dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 agar tak kehilangan daya saing. “Kita juga perkuat SDM dengan pendidikan dan pelatihan,” ucapnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, industri tekstil mampu menyerap 1,5 tenaga kerja. Sedangkan untuk industri alas kaki dan penyamakan kulit mampu 700 ribu pekerja.
BACA JUGA: Uji Coba Penutupan Sistem Loket Bandara Sampai 1 Mei
Dengan demikian, total tenaga kerja yang terserap dari industri teksitl, alas kaki dan penyamakan kulit mencapai 2,2 juta pekerja. Angka itu setara dengan 15,1 persen dari seluruh tenaga kerja industri manufaktur nasional.
Selain itu, industri tekstil, alas kaki, dan penyamakan kulit juga memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 1,89 persen. Sepanjang 2014 lalu, ekspor industri tekstil dan produk tekstil mencapai USD 9,13 miliar. Angka itu jelas melebihi impor tekstil yang hanya mencapai USD 5,8 miliar.
BACA JUGA: Usul PPN Pengguna Tol Dibulatkan Rp 500, Ini Alasan Bina Marga
Sementara ekspor industri alas kaki, penyamakan kulit maupun barang produk dari kulit juga mencatat surplus. Sebab, ekspornya senilai USD 2,9 miliar, sedangkan impirnya hanya mencapai USD 0,9 miliar.
Saleh menambahkan, dari program revitalisasi itu diharapkan akan semakin banyak lapangan kerja tercipta. “Untuk tahun ini ditargetkan tercipta kesempatan kerja minimal 10 ribu orang untuk industri tekstil, alas kaki, dan penyamakan kulit,” ujarnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Jeblok, Menko: Yang Penting Ekonomi Baik
Redaktur : Tim Redaksi