KAIRO - Unjuk rasa anti pemerintah terus berlanjut di MesirKemarin (22/11) ribuan warga kembali membanjiri Tahrir Square di Kota Kairo dan menuntut militer yang masih bercokol di pemerintahan mundur
BACA JUGA: Barat Beri Sanksi, Iran Cuek
Bersamaan dengan itu, Mahkamah Tinggi Angkatan Darat (SCAF) menggelar rapat darurat bersama seluruh elemen pemerintah.Pada hari keempat kemarin, para demonstran kembali bentrok dengan aparat
BACA JUGA: Yingluck Batal Mohon Ampunan untuk Thaksin
Sebab, setelah bentrokan Senin lalu (21/11), polisi menarik diri dari alun-alun utama tersebut untuk menghindari tertumpahnya lebih banyak darahUntuk menghalau para demonstran, polisi berpenutup kepala hitam yang didukung para personel militer menyemprotkan gas air mata
BACA JUGA: Mesir Rusuh Lagi, 22 Tewas
Mereka juga menembakkan peluru karet ke arah para pengunjuk rasa yang beringasSemprotan gas air mata dan tembakan peluru karet itu kembali memantik hujan batu dan bom molotov dari para demonstran"Tujuan kami hanya satu: melengserkan pemerintahanMereka masih tetap saja mencuri dan membuat rakyat tak bisa makan," keluh Raed Said, pemuda 23 tahun yang ikut berunjuk rasa kemarinKali ini para pengunjuk rasa yang menggelorakan revolusi kedua tersebut mengganti nama Hosni Mubarak dengan Hussein TantawiMereka menuntut pria yang menjabat field marshal itu segera mundur
"Field marshal (Tantawi) harus mundur karena dia malah memilih untuk melindungi Mubarak daripada bersungguh-sungguh mengadilinyaDia harus meninggalkan pemerintahan," tandas Said
Hingga kini, aksi protes berjuluk revolusi kedua tersebut telah memakan korban sedikitnya 29 jiwaRatusan demonstran yang lain terluka akibat bentrok dengan aparat
Semakin siang jumlah pengunjuk rasa yang mendatangi Tahrir Square semakin banyakApalagi, di lokasi yang pernah menjadi saksi tumbangnya rezim Mubarak itu sudah banyak demonstran yang berkumpulRatusan aktivis anti pemerintah sengaja bekemah di Tahrir Square sejak Sabtu lalu (19/11)Di lokasi kamping itu mereka mengibarkan bendera Mesir berukuran superbesar.
Salah seorang aktivis mengusung papan bertulisan "kementerian kekerasan" dengan foto Mubarak, Tantawi, Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf, dan beberapa petinggi Mesir yang lainBeberapa aktivis yang lain mengelilingi papan tersebut sambil mendendangkan slogan anti pemerintah
"Katakan, jangan gentar, dewan (militer) harus lengserRakyat ingin mengeksekusi field marshal," teriak mereka
Aksi unjuk rasa yang bergelora sejak Sabtu lalu itu memaksa kabinet Mesir yang dipimpin Sharaf menyatakan mundurHingga kemarin, dewan militer alias SCAF belum berkomentar soal pengunduran diri kabinetMereka hanya mengundang perwakilan seluruh partai pembentuk pemerintahan untuk membahas krisis yang berlangsung empat hari terakhir ini
Namun, dewan militer tetap belum memberikan jawaban apa pun kepada kabinet terkait pengunduran diri merekaKetidakjelasan itu juga semakin mengobarkan amarah warga"Ini hanyalah bagian dari permainan merekaIbarat bermain kartu, mereka memainkan jokerKarena itu, kami mendesak dewan militer bubar," tuntut Mustafa Mursi, pengunjuk rasa berusia 60 tahun yang mengenakan masker antigas
Bersamaan dengan itu, Amnesti Internasional (AI) juga mengkritik pemerintah serta dewan militer MesirDalam protes tertulisnya, lembaga independen yang bermarkas di Kota London, Inggris, itu menyebut pemerintah Mesir telah gagal mewujudkan janji-janji mereka kepada rakyatTerutama, janji meningkatkan perlindungan terhadap HAM
"Euforia keberhasilan revolusi telah berganti ketakutan bahwa pemerintah yang represif dan sukses ditumbangkan hanya digantikan pemerintahan lain yang tak kalah represif," ungkap AI dalam laporannyaKarena itu, AI mengimbau pemerintahan yang kini berkuasa segera mengganti seluruh perundangan darurat era Mubarak dan menyusun yang baru(AP/AFP/BBC/hep/c4/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tangan Kanan Kadhafi Juga Tertangkap
Redaktur : Tim Redaksi