Revolusi Prancis

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 13 Desember 2022 – 19:51 WIB
Suporter Timnas Prancis membawa foto Kylian Mbappe. Foto: REUTERS/Bernadett Szabo

jpnn.com - LAGA Semifinal Piala Dunia antara Prancis melawan Maroko pada Rabu dini hari nanti (14/12) akan menjadi pertandingan yang sarat dengan drama dan sejarah.

Kedua negara itu mempunyai hubungan yang unik sebagai penjajah dan bekas jajahan. Dua negara tersebut mengandalkan pemain utama yang saling bersahabat, Kylian Mbappe dari Prancis, dan Asyraf Hakimi dari Maroko.

BACA JUGA: Walid Balboa

Piala Dunia kali ini menjadi makin unik karena Qatar sebagai tuan rumah sudah tersingkir pada babak penyisihan. Namun, Qatar tetap akan mempunyai andil kepada tim yang bakal menjadi juara.

Maroko dan Prancis harus saling bunuh di pertandingan semifinal. Selanjutnya ialah Argentina yang akan berhadapan dengan Kroasia.

BACA JUGA: Singa Atlas

Argentina lebih difavoritkan karena ada Lionel Messi. Akan tetapi, Kroasia punya Luka Modric yang bisa membawa teman-temannya menembus final seperti pada Piala Dunia 2018 di Rusia.

Ketika itu, Kroasia bertemu Prancis di final. Namun, negara yang pernah menjadi bagian Yugoslavia itu harus mengaku keunggulan Prancis dengan skor akhir 2-4.

BACA JUGA: Erick Thohir dan Tragedi Bola

Asyraf Hakimi, Kylian Mbappe, dan Lionel Messi adalah pemain klub Paris Saint Germain (PSG) yang dimilik pengusaha Nasser Al-Khelaifi asal Qatar. Ketiga pemain itu mempunyai kans 75 persen untuk memenangi Piala Dunia.

Itu berarti Qatar juga ikut mempunyai andil 75 persen untuk tim-tim yang masuk semifinal dan final.

Pertandingan Maroko melawan Prancis membawa persaingan yang unik antara Asyraf Hakimi dengan Kylian Mbappe. Keduanya bersahabat akrab di PSG dan saling menghormati.

Mbappe tanpa sungkan menyebut Hakimi sebagai ‘The best RB in the world’ atau bek kanan terbaik di dunia. Ketika Maroko lolos ke perempat final mengalahkan Spanyol, Mbappe datang ke hotel tim Maroko untuk mengucapkan selamat kepada Hakimi.

Ketika kemudian Maroko mengalahkan Portugal secara dramatis di perempat final sehingga akan bertemu dengan Prancis yang mengalahkan Inggris, Mbappe membuat twit ‘Sampai jumpa di semifinal’.

Mbappe menjadi pemain sayap kiri terbaik di Piala Dunia kali ini. Kecepatannya, kekuatan fisiknya, dan inteligensi permainnya membuat Mbappe menjadi salah satu favorit pemain terbaik. Ia sudah mencetak 5 gol dan menjadi kandidat terkuat top scorer.

Hakimi menjadi salah satu bek kanan terbaik di turnamen. Sepanjang perhelatan Piala Dunia, Maroko tidak pernah kalah dan hanya kebobolan sekali, itu pun karena gol bunuh diri.

Hakimi, tidak pelak, menjadi kekuatan sentral di pertahanan Maroko. Kali ini, Hakimi harus menghentikan Mbappe kalau Maroko ingin menang.

Pertandingan nanti juga membawa kenangan sejarah yang panjang. Prancis menjadi kekuatan Eropa yang dahsyat di bawah Napoleon Bonaparte.

Prancis menjajah Mesir dan merambah ke negara-negara Afrika, termasuk Maroko dan Aljazair. Prancis menjadi kekuatan kolonial yang menjajah, sekaligus memberdayakan negara-negara jajahannya supaya melek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebangkitan Prancis dimulai dari Revolusi 1776. Revolusi yang berlangsung antara 5 Mei 1789 sampai 9 November 1799 itu menjadi salah satu peristiwa paling penting di pengujung abad ke-18.

Revolusi itu tidak hanya membawa pengaruh bagi rakyat Prancis, tetapi juga berdampak pada perkembangan kehidupan sosial, politik, serta ekonomi di Eropa dan seluruh dunia.

??Sejak abad ke-13, raja-raja Prancis berusaha menyingkirkan para bangsawan feodal untuk memonopoli kekuasaan. Langkah itu membuat kekuasaan raja menjadi absolut, dan mengalami puncaknya pada masa Raja Louis XIV.

Raja yang berkuasa pada era 1643-1715 itu memerintah dengan sewenang-wenang, bahkan tanpa undang-undang, hukum, parlemen, maupun aturan yang membatasi penggunaan keuangan negara. Semboyannya yang terkenal ialah l’etat c'est moi atau ‘negara adalah saya'.

Hukum tertingginya ialah kehendak raja. Siapa saja yang menentang kehendaknya berarti harus dipenjara.

Pemerintahan yang tanpa kontrol menyebabkan krisis keuangan sangat berat. Keuangan negara dalam keadaan nyaris bangkrut dan menjadi makin buruk karena kebiasaan permaisuri Raja Louis XVI, Marie Antoinette, berfoya-foya dan hidup dalam kemewahan.

Karena kegemarannya menghamburkan uang negara, Marie Antoinette dijuluki sebagai 'Madame Deficit' atau ‘Nyonya Tekor’. Pemborosan dan gaya hidup mewah Marie Antoinette menyebabkan kecemburuan sosial meluas.

Raja Louis XVI juga membuat banyak pinjaman sehingga utang negara kian menumpuk. Rakyat diperas oleh bangsawan dan raja.

Keteka menyadari negara dalam keadaan krisis, golongan bangsawan menolak membayar pajak. Mereka justru membebankan seluruh kewajiban pajak kepada rakyat.

Louis XVI hanya bisa mengandalkan pembayaran pajak untuk mengatasi masalah keuangan negara. Namun, ia tidak bisa memaksa kelompok bangsawan untuk membayar pajak karena bangsawan memiliki hak-hak istimewa, yakni bebas dari pajak.

Rakyat yang sudah menderita akhirnya menjadi kian sengsara karena pajak.

Ketidakadilan dalam bidang politik pun terjadi, terutama ketika pemilihan pegawai-pegawai pemerintah bukan berdasar keahlian, melainkan karena keturunan. Hal itu menyebabkan administrasi negara kacau dan korupsi merajalela.

Rakyat makin terisolasi karena tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam pemerintahan.

Munculnya filsuf-filsuf pembaru yang berpaham rasionalis juga turut andil dalam mendorong meletusnya Revolusi Perancis. Paham rasionalis hanya mau menerima kebenaran yang dapat diterima oleh akal.

Paham ini telah melahirkan renaissance dan humanisme yang menuntun manusia berpikir bebas dan mengemukakan pendapat.

Hasilnya, muncul tokoh-tokoh pemikir yang karyanya berpengaruh besar terhadap masyarakat Perancis saat itu, seperti Montesquieu dan JJ Rousseau.  

Ironi Revolusi Prancis ialah setelah revolusi paling berdarah di dunia itu berhasil menumbangkan penguasa otoriter, ternyata dalam waktu singkat dibajak oleh kekuatan otoriter baru. Muncullah penguasan baru yang tidak kalah otoriter dibanding the ancien regime.

Setelah revolusi sukses, muncullah Napoleon Bonaparte (1769-1821) yang mengambil alih kekuasaan dan kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar. Penguasa baru Prancis yang juga dikenal sebagai Napoleon I itu adalah seorang pemimpin militer yang mempunyai ambisi besar untuk melakukan ekspansi ke seluruh dunia.

Dalam waktu singkat, Napoleon bisa menguasai Eropa, lalu memperluas wilayah jajahannya ke Afrika. Setelah merebut kekuasaan politik di Prancis dalam kudeta 1799, ia memahkotai dirinya sebagai kaisar pada 1804.

Cerdik, ambisius, dan ahli strategi militer yang terampil, Napoleon berhasil melancarkan perang melawan berbagai koalisi negara-negara Eropa dan memperluas kerajaannya.

Namun, setelah invasi ke Rusia yang berujung kekalahan pada 1812, Napoleon turun takhta dua tahun kemudian, lalu diasingkan ke Pulau Elba. Pada 1815, ia bisa kembali merebut kekuasaan.

Akhirnya setelah kekalahan telak di Pertempuran Waterloo, Napoleon turun takhta sekali lagi. Selanjutnya, dia diasingkan ke pulau terpencil, Saint Helena, sampai meninggal pada usia 51.

Akan tetapi, Napoleon juga dikenal sebagai pemimpin yang menyebarkan tradisi ilmu pengetahuan ke negara jajahan Prancis, terutama Afrika. Ia melakukan invasi ke Mesir dan merebutnya dari penguasa Utsmaniyah.

Napoleon tidak hanya membawa tentara. Dia juga membawa para ilmuwan untuk mendirikan lembaga pendidikan yang memberi pencerahan di Mesir dan Afrika.

Prancis juga menjajah Maroko dan Aljazair dan memajukan ilmu pengetahuan di dua negara Afrika Utara itu. Lahirlah banyak ilmuwan dan filosof Prancis di Maroko maupun Aljazair.

Sekarang, Maroko berhadapan dengan Prancis di semifinal Piala Dunia. Ada dendam lama yang menanti untuk dibalaskan.

Hakimi dan Mbappe boleh saja bersahabat akrab, tetapi di atas lapangan keduanya akan saling mengunci dan mengalahkan demi kejayaan negara masing-masing.(***)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler