Reza Indragiri: Gagasan Wakapolri soal Preman Terdengar Laksana Rintihan

Minggu, 13 September 2020 – 10:56 WIB
Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono. Foto: Humas Polri

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti pernyataan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono yang berencana merekrut preman guna membantu TNI dan Polri dalam mengawasi warga supaya patuh menjalankan protokol kesehatan.

Bagi Reza, ide yang dikemukakan orang nomor dua di Korps Bhayangkara itu berisiko untuk dijalankan.

BACA JUGA: Penjelasan Istana soal KSAD dan Wakapolri Ikut Urusi COVID-19

"Wakapolri mau rekrut preman? Gagasan yang terlalu berisiko jika direalisasikan," ucap Reza kepada jpnn.com, Minggu (13/9).

Pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM itu mengatakan, kalangan yang dicap publik sebagai pelaku vigilantisme tidak mungkin berubah tabiat dan perilaku dalam waktu singkat.

BACA JUGA: Menteri Erick Thohir Gandeng Wakapolri, Tidak Ada Kata Jenuh untuk Polisi

Oleh karena itu, dia khawatir jika para preman pasar direkrut sebagai mitra aparat TNI dan Polri, mereka berpotensi menyalahgunakan kewenangannya.

"Alih-alih efektif sebagai pamong masker, lebih besar kemungkinan mereka menyalahgunakan 'kewenangan'. Ujung-ujungnya, polisi yang rugi akibat tererosinya kepercayaan masyarakat," jelas Reza.

BACA JUGA: Djoko Tjandra Tertangkap, Reza Indragiri: Wajar, Namanya Penjahat ya

Namun, dia mengajak publik menafsirkan pernyataan Komjen Gatot dengan penuh empati.

Menurut Reza, polisi sesungguhnya pekerjaan superberat, makin ampun-ampunan di masa pandemi.

Tidak sebatas bekerja sebagaimana biasa, tetapi sekarang harus menjalankan perpolisian Covid-19 (Covid-19 policing).

Selain capai dengan tugas-tugas tambahan terkait pengendalian wabah di tengah masyarakat, personel polisi sendiri juga cemas menghadapi risiko tertulari, jam kerja yang lebih panjang, dan itu berdampak terhadap kesehatan dan kebahagiaan mereka.

Namun, peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne ini mengatakan, hal itu bukan excuse. Polisi harus hadir. Itulah ekspektasi bahkan tuntutan yang kalau mau jujur kurang manusiawi juga.

Nah, Reza menduga, barangkali guncangan akibat perpolisian Covid-19 itu pula yang dirasakan oleh Komjen Gatot.

"Gagasan Wakapolri terdengar laksana rintihan. Rintihan yang menginsafkan kita bahwa ternyata bukan hanya dokter yang di masa pageblug ini menjadi pahlawan. Sebagai profesi yang tetap tidak boleh rehat di tengah wabah hebat, tampaknya polisi juga butuh penghargaan," pungkasnya. (fat/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler