jpnn.com - JAKARTA - Perekonomian Indonesia sejatinya tidak sedang dalam kondisi terbaiknya. Defisit transaksi berjalan yang cukup besar serta depresiasi tajam rupiah masih menjadi masalah yang belum tuntas. Namun hal itu tidak meredupkan kilau Indonesia di mata investor.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ada konsisten di kisaran 5 - 6 persen serta stabilitas politik, menjadi acuan utama investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
BACA JUGA: Menhub Izinkan Maskapai Terbang Pukul 00.00-04.00
"Yang terbaru, awal Desember ini JBIC (Japan Bank for International Cooperation) menempatkan Indonesia sebagai negara terfavorit pilihan investor," ujarnya dalam HSBC Global Economic Outlook 2014 di Jakarta kemarin (4/12).
Setiap tahun, JBIC melakukan survei kepada perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di luar negeri, dan meminta para perusahaan tersebut memilih 5 negara yang menjanjikan untuk bisnis dalam 3 tahun ke depan.
BACA JUGA: Cegah Korupsi, Semen Indonesia Gandeng KPK
Tahun ini, dari 500 perusahaan yang disurvei, 44,9 persen mengatakan Indonesia merupakan tempat terbaik untuk berbisnis. Dengan hasil itu, peringkat Indonesia yang pada 2012 lalu ada di posisi 3 di bawah Tiongkok dan India, tahun ini melesat ke urutan pertama.
Menurut Mahendra, ada lima faktor yang membuat investor menaruh kepercayaan besar pada prospek investasi di Indonesia, yakni potensi pertumbuhan pasar domestik, upah buruh yang relatif murah, tingginya konsumsi domestik, ketersediaan sumber daya alam, serta pengembangan klaster industri. "Tidak ada negara lain yang potensinya melebihi Indonesia," katanya.
BACA JUGA: RI Bayar Lebih Murah
Dalam laporannya, JBIC menyebut bahwa Tiongkok yang sudah 21 tahun menjadi lokasi favorit investor Jepang, tahun ini melorot ke posisi tiga karena beberapa faktor. Diantaranya, upah buruh yang merangkak tinggi, kekhawatiran pada perlambatan ekonomi, serta ketegangan politik antara Tiongkok dan Jepang.
Mahendra menyebut, Indonesia pun sebenarnya memiliki potensi permasalahan yang relatif sama. Misalnya, kata dia, kenaikan upah buruh dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi pertimbangan investor. Selain itu, keterbatasan infrastruktur transportasi juga menjadi kendala, termasuk regulasi bisnis yang belum stabil. "Pemerintah terus berupaya memperbaiki ini, tapi investor tentu akan melihat bagaimana hasilnya," ucapnya.
Sementara itu, meski proyeksi ekonomi global dan Indonesia tahun depan masih menghadapi banyak tantangan, Mahendra optimistis investasi di Indonesia akan terus tumbuh. "Kita proyeksi investasi tahun depan bisa tumbuh 15 persen. Memang agak berat, tapi kita cukup optimistis bisa mencapainya," ujarnya.
Sebagai gambaran, realisasi investasi sepanjang triwulan III-2013 berhasil menembus Rp 100,5 triliun. Dengan kinerja triwulan III tersebut, maka kumulatif realisasi investasi sepanjang Januari - September 2013 sudah menembus angka Rp 293,3 triliun. Itu terdiri dari PMA Rp 199,2 triliun dan PMDN Rp 94,1 triliun. Tahun ini, pemerintah mematok target investasi Rp 390 triliun.
Managing Director of Global Markets HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan, Indonesia masih punya peluang besar untuk menggaet investor. Berdasar pengalamannya roadshow ke beberapa negara, investor masih menyatakan ketertarikan yang tinggi pada Indonesia.
"Tahun depan memang ada Pemilu, tapi itu tidak terlalu merisaukan investor karena stabilitas politik Indonesia selama satu dekade terakhir sudah sangat baik," ujarnya. (owi/gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Melemah, KEN Sodorkan Cara Tekan Impor
Redaktur : Tim Redaksi