Riau Jeda Tebang Hutan dan Konversi Gambut

Jumat, 07 November 2008 – 11:49 WIB
JAKARTA – Greenpeace dan Jikalahari menyerukan kepada Pemerintah untuk mendukung proses penyusunan peraturan gubernur oleh Gubernur Riau, Wan Abubakar, mengenai jeda tebang terhadap hutan dan konversi lahan gambut pada jumpa pers di atas kapal MV Esperanza, di Riau.

Greenpeace hari ini mengajak beberapa orang wartawan dengan penerbangan helikopter untuk menyaksikan sendiri hutan gambut Riau yang tersisa yang mengalami pengrusakan demi perluasan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman untuk industri kertas.

Gubernur Riau mengumumkan jeda (moratorium) tebang dan konversi lahan gambut pada Agustus 2008 lalu, berangkat dari keprihatinannya pada dampak deforestasi terhadap lingkungan dan masyarakat RiauTetapi proses ini masih menunggu masukan teknis dari tim moratorium pemerintah daerah untuk mengesahkannya dalam bentuk peraturan gubernur.

Riau kaya akan sumberdaya alam, tetapi tiap tahunnya propinsi kami dilanda banjir, diselimuti asap dari kebakaran hutan yang disebabkan oleh pesatnya penggundulan hutan yang sebagian besar terdapat di atas lahan gambut

BACA JUGA: Bulyan Minta Fee Rp2 Miliar

Sayangnya, menyusutnya hutan Riau tidak diikuti oleh membaiknya kesejahteraan rakyat.

Hariansyah Usman, Wakil Koordinator Jikalahari mengatakan, “Hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar memegang peran penting dalam kehidupan orang Melayu Riau, dan juga merupakan kawasan hutan utuh terbesar di Riau
Tetapi saat ini Semenanjung Kampar sangat terancam oleh konversi hutan untuk untuk industri kertas dan perkebunan kelapa sawit

BACA JUGA: Katon-Nugie Donasi RBT untuk Konservasi

Kalau
tidak ada jeda tebang secepatnya di Riau, bukan hanya hutan yang akan lenyap tetapi martabat dan jati diri masyarakat Melayu akan hilang.”

“Untuk mewujudkan pernyataan Pak Gubernur, Greenpeace dan Jikalahari telah melakukan penilaian dan pemetaan Semenanjung Kampar menggunakan citra satelit dan survai lapangan untuk menyusun rencana rehabilitasi lahan gambut yang telah rusak dan kering akibat pembukaan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri kertas,” kata Zulfahmi, Juru
Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.

“Pemerintah harus mendukung prakarsa Gubernur Riau dan memberlakukan moratorium tebang di seluruh negeri guna menjawab masalah emisi gas rumah kaca Indonesia yang tinggi serta melindungi hutan dan lahan gambut Indonesia demi generasi mendatang,” tambahnya
Greenpeace memulai bagian Indonesia dari pelayaran “Hutan untuk Iklim” di Jayapura, Papua pada tanggal 6 Oktober lalu, untuk menyoroti masalah kerusakan pesat terhadap Hutan Alam terakhir di Asia Tenggara.(lev)

BACA JUGA: Kejakgung Tahan Dirjen AHU Depkumham

BACA ARTIKEL LAINNYA... Adik Prabowo Terancam Setahun di Bui


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler