BACA JUGA: Tewas Ditabrak Kasat Intel
Kejadian ini sudah berlangsung selama sepekan, para petani pun tidak bisa berbuat banyak menunggu air keringKepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kotim I Made Dikantara mengatakan Desa Lempuyang merupakan desa terbesar penghasil beras di Kotawaraingin Timur
BACA JUGA: Penampungan TKI Kepri Tak Manusiawi
Luas persawahan di wilayah tersebut mencapai 3000 hektareBACA JUGA: Aceh Timur Kerjasama dengan Actionaid Australia
“Padahal persawahan di desa itu dirancang beririgasi,” kata Made, Selasa (3/8).Saat ini, sebut Dikantara, para petani telah memasuki musim tanam keduaApabila sampai Oktober curah hujan masih tinggi, kerugian yang dialami para petani akan semakin besar“Akibat banjir di Desa Lempuyang, hasil panen padi pada Juli hingga Desember nanti dipastikan berkurang,” katanya
Distanak belum mengambil sikap dalam menangani irigasi persawahan yang mengalami kerusakan dengan alasan keterbatasan anggaranTerlebih anggaran yang dialokasikan ke distanak pada tahun ini hanya Rp8 miliarJumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp13 miliar lebih.
Menurutnya, Kotim juga masih belum bisa berswassembada beras karena masih terbatasnya luasan sawah siap tanamUntuk mampu berswasembada beras, setiap petani harus memiliki sawah minimal empat hingga enam hektare.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kotim Yulida Warni mengatakan, intensitas curah hujan telah melampaui dari batas normal dan jauh meningkat dibandingkan dengan rata-rata curah hujan selama tahun 2009 laluBerdasarkan data BMKG H Asan Sampit, pada tahun 2010 bulan Juni tercatat curah hujan di kotim mencapai 250 mmPadahal batas curah hujan normal hanya sampai 150 mm(raf/jid/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejahatan di Kepri Tiap Dua Jam
Redaktur : Tim Redaksi