Penampungan TKI Kepri Tak Manusiawi

Hasil Reses Anggota DPR RI: Petugas Kurang Profesional

Rabu, 04 Agustus 2010 – 10:27 WIB
TANJUNGPINANG - Setiap minggu, ratusan TKI bermasalah yang bekerja di Malaysia terus dipulangkan ke Indonesia melalui TanjungpinangBerbulan-bulan bekerja bahkan tahunan, ironisnya, meski menjadi penyumbang devisa untuk negara, sejauh ini perhatian pemerintah terhadap TKI bermasalah ini sangat minim

BACA JUGA: Aceh Timur Kerjasama dengan Actionaid Australia

Bahkan pihak kedutaan pun enggan melihat mereka di tahanan.

Mardiati (26) dan Dina Purwati (20), adalah dua dari ratusan TKI bermasalah yang dideportasi, Kamis (29/7) lalu
Meskipun pergi ke Malaysia melalui agen resmi, namun mereka tidak mendapat perlindungan dari agen saat mengalami masalah

BACA JUGA: Kejahatan di Kepri Tiap Dua Jam

Tak ayal, kabur dari majikan menjadi solusi yang mereka lakukan
Hanya saja selama di tahanan, tidak ada pihak kedutaan Indonesia di Malaysia yang peduli dengan keberadaan mereka.

"Kalaupun petugas kedutaan datang, bukannya menanyakan kondisi kami, tapi kami malah diminta untuk tidak melihat terlalu dekat

BACA JUGA: Puluhan Ormas Bodong Segera Ditertibkan

Seperti orang besar yang tidak boleh disentuh rakyat kecil," ujar Mardiati, saat ditemui di penampungan TKI di Batu 8, Bintan, Selasa (3/8).

Kedua TKI yang berasal dari Lombok ini meyakinkan bahwa proses keberangkatan mereka melalui agen resmiNamun, apa yang dijanjikan saat masih di Indonesia, berbeda dengan apa yang diterima ketika bekerja di Malaysia"Gaji yang tadinya 4 bulan saja tidak terima karena dipotong untuk biaya transportasi dan pembuatan dokumen, ternyata dipotong 6,5 bulan gaji," ujar Mardiati yang sebulan harusnya menerima gaji RM 600.

Diungkapkannya, alasan ekonomi dan sebagai tulang punggung keluarga, membuat ia akhirnya memilih bekerja ke MalaysiaNamun, apa yang dijanjikan agennya di Jakarta tidak sesuai dengan apa yang dijalaninya di Malaysia"Selain gaji, juga tidak ada perlindungan dari agen ketika saya mengalami siksaan dari kelurga majikan," terangnya.

Awalnya kejadian tersebut sempat ia keluhkan ke agennyaNamun, bukannya membela Mardiati, agennya justru memukul MardiatiAkhirnya, tidak terima dengan perlakukan tersebut, Mardiati mengaku hanya mampu bekerja tiga bulan tanpa mendapatkan gaji sama sekali dan memilih kaburNamun karena paspor dan dokumen yang ia miliki dipegang agen, akhirnya ia pun kabur tanpa dilengkapi identitas.

Apa yang dialami Mardiati juga dirasakan Dina PurwatiDina justru hanya bertahan dua bulanPasalnya, majikan laki-lakinya berniat memperkosanya"Majikan perempuan saya baik, tapi yang laki-laki tidak," ungkap ibu satu anak ini.

Tak ayal, ia pun memilih kabur dari majikannyaNamun, dua hari kabur dari majikan, ia pun ditangkap petugas dan masuk penjara"Sebulan di penjara, akhirnya saya dipulangkanTidak mau lagi ke Malaysia," ujar Dina.

Bersamaan dengan kepulangan ratusan TKI bermasalah - termasuk Mardiati dan Dina - inilah kemarin, ada kunjungan dari anggota DPR RI dari Komisi IX"Sangat tidak manusiawi," komentar Ketua Komisi IX DPR RI, Ribka Tjiptaning, terhadap fasilitas yang ia kunjungi, usai dialog dengan Plt Gubernur Kepri M Sani.

Kondisi penampungan dan TKI yang dilihat Ribka sendiri di penampungan, diyakininya lantaran ada ketidakpahaman petugas dalam menangani TKI"Harusnya yang menangani TKI lebih paham masalah TKI, dan melibatkan dinas lain, seperti dinas kesehatan," ujarnya.

Hal ini menurut Ribka, mengingat kesehatan TKI bermasalah yang dipulangkan datang dengan kondisi yang mengenaskan"Apalagi ternyata ada TKI yang pulang dengan membawa anak-anak yang masih balitaSedangkan tempatnya memprihatinkan sekali, tidak ada susu dan kasur yang memadai untuk mereka," ujarnya.

Melihat kondisi penampungan yang dinilai tidak manusiawi dan memperihatinkan, Ribka mengatakan akan menganggarkan pembangunan penampungan TKI untuk 2011 nantiSementara, kondisi penampungan yang begitu memprihatinkan, juga menarik perhatian anggota DPR RI lainnya yakni Nursuhud"Ini keteledoran negara yang luar biasa," ujar anggota dari Komisi IX itu.

Diakui Nursuhud, tidak hanya perlindungan hukum yang didapat TKI di luar negeri tempatnya bekerja (yang jelek), tapi proses pemulangan yang ternyata juga tidak manusiawi"Saya lihat sendiri lokasi penampungannya, luar biasa tidak manusiawi," ujar Nursuhud.

Menurut Nursuhud, TKI harusnya mendapatkan perhatian yang lebih seriusDiakuinya, saat ini tidak mungkin Indonesia menghentikan pengiriman TKI ke luarSelain keberadaan TKI sebagai penghasil devisa negara, kondisi ekonomi Indonesia juga masih memancing banyak warga Indonesia rela menjadi TKI di luar negeri.

"Ini permasalahannya, kegagalan ekonomi dan komunikasi politik yang macet, sehingga kondisi TKI kita sangat menyedihkan saat ini," ujar Nursuhud.

Dipastikannya kemudian, kondisi ini akan menjadi pembahasan serius nantinya (di DPR)Apalagi mengingat Kepri sebagai daerah perbatasanSementara terlepas dari itu, Nursuhud dalam dialog bersama Plt Gubernur Kepri serta unsur Muspida, juga mempertanyakan masalah keamanan wilayah perbatasanDalam kunjungan kerja itu pula, selain ke tempat penampungan TKI, rombongan pun melakukan kunjungan ke RSUD(dew/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Keluarkan Siswi Pelaku Video Mesum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler