Ribuan Ikan tiba-tiba Mabuk, Warga pun Panen Raya

Selasa, 27 Desember 2016 – 12:59 WIB
Masyarakat di sekitar Danau Singkarak, Kecamatan X Kotosingkarak, Kabupaten Solok, Sumbar, mengumpulkan ikan pusing akibat aia abah, kemarin. Foto: riki chandra/padang ekspres/jpg

jpnn.com - SOLOK — Ribuan ikan di kawasan dermaga danau Singkarak, Kecamatan X Kotosingkarak tiba-tiba mabuk dan mengapung.

Kondisi tersebut diduga akibat pengaruh belerang gunung berapi. Warga bukannya sedih, mereka malah senang karena panen raya.

BACA JUGA: Siap Begituan Dengan PSK, Dijemput Malaikat Maut

Bahkan, jenis ikan yang biasanya sulit didapati nelayan, justru muncul ke permukaan. Namun, akibat banjirnya pasokan ikan, harganya di pasaran pun turun drastis.

Akibatnya, untuk mensiasati hal tersebut, para nelayan harus menjual ikannya ke pasar Surian dan Muaralabuh, Solsel.

BACA JUGA: Hiii..Ada Mayat Pria Menempel di Tembok Kosan Cewek

Seperti diberitakan Padang Ekspres (Jawa Pos Group) hari ini mengungkapkan, fenomena ikan mabuk ini telah sering dijumpai masyarakat pinggiran danau sejak tahun-tahun sebelumnya.

Kondisi diyakini masyarakat sebagai akibat pengaruh belerang. Sebab, warna air yang sedikit menghitam juga mengeluarkan bau belerang.

BACA JUGA: Siap-siap! Merokok Dalam Rumah Didenda Rp 50 ribu

Zulkifli, 54, salah seorang warga Singkarak menyebutkan, kondisi air danau berubah menjadi sedikit hitam ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir.

Namun, puncak pusingnya ikan terjadi sejak tadi subuh. Dimana, semua jenis ikan mengapung dan menuju pinggiran danau untuk mencari sumber air bersih.

"Warna air sedikit hitam tapi baunya menyengat hidung. Mungkin itu yang membuat ikan mabuk," terang Zulkifli.

Melihat kondisi ikan yang sudah tak kuat bergerak, ratusan masyarakatpun berbondong-bondong turut menangkap ikan dengan peralatan seadanya. Bahkan dalam waktu 1 jam, seorang warga saja bisa mengumpulkan 2 baskom ikan.

Selain ikan bilih yang memang menjadi khas Singkarak, berbagai jenis ikan yang sulit didapati nelayan juga berhamburan kepinggir danau.

Seperti jenis ikan garing, sasau dan sebagainya. Bahkan, ikan kuning yang biasanya hidup di karang dengan kedalaman lebih 20 meter juga teler kepermukaan.

"Kalau dilihat dari tadi pagi, para nelayan dan masyarakat pinggiran danau mendapat ikan ratusan kilogram," terang Zul.

Salah seorang nelayan setempat, Amir alias Bujang, 55, warga Jororng Talao, Nagari Singkarak, mengatakan, dia menyaksikan fenomena ikan mabuk ini sejak pukul 22.30 Wib Senin malam.

"Saya kabari beberapa kawan, dan masyarakat sekitar. Makanya, tadi malam dan bersambung pagi harinya, ratusan masyarakat turut menangkap ikan mabuk dipinggir danau," jelasnya.

Hanya saja lanjut Bujang, melimpahnya stok ikan membuat harga jual anjlok. Misalnya saja, harga ikan Sasau yang biasa dijual Rp 40 ribu, hari ini hanya bisa dijual seharga Rp 15 ribu.

"Mensiasati ini, rekan-rekan banyak yang pergi ke pasar Surian dan Muaralabuh untuk menjual ikan," sebutnya.

Jasril, 51, warga Singkarak yang mengaku turut menangkap ikan mabuk mengatakan, jika ikan-ikan tersebut layak dikonsumsi dan tidak berpengaruh maupun merusak kesehatan.

"Tapi, rasanya sedikit hambar dibanding ikan-ikan yang ditangkap saat air bersih," terangnya.

Menurut informasi, perubahan warna air danau menjadi hitam dan coklat ini terjadi di perairan danau kawasan Nagari Singkarak, Tikalak, Kacang. Namun, lebih banyak terjadi dikawasan sekitar Ombilin, Kabupaten Tanahdatar.

Kendati demikian, fenomena ini tidak dianggap sebuah musibah bagi masyarakat Singkarak. Apalagi, kejadian berulang seperti ini sudah sering terjadi sejak tragedi gempa Tahun 2009 silam.

"Bagi masyarakat di sini, kejadiaan ini biasa dan tidak berpengaruh terhadap isu-isu negatif. Justru menguntungkan masyarakat," terang Jasril. (rch)

BACA ARTIKEL LAINNYA... WASPADA! Gunung Retak, Banjir Mengancam


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler