Ribuan Orang Rebutan Flat Surabaya

Jumat, 18 November 2016 – 07:51 WIB
Flat. Foto: dok.JPG

jpnn.com - SURABAYA - Saat ini, sebanyak 3.670 kepala keluarga (KK) mengantre jatah tinggal di flat Surabaya.

Padahal per tahun, pemkot hanya mampu mengupayakan 400 KK untuk tinggal di hunian bersusun itu.

BACA JUGA: Terdeteksi Akan Ada Pergerakan Massa ke Jakarta untuk Aksi 25 November

Lamanya pembangunan flat menjadi salah satu faktor penyebab panjangnya antrean tinggal di flat.

Kepala Bidang Pengelolaan Bangunan dan Tanah Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) Surabaya Agus Supriyo mengatakan, warga yang mengajukan permohonan tinggal di flat mencapai 4.960 KK. Tapi, yang memenuhi syarat hanya 3.670 KK.

BACA JUGA: Polisi Buru Provokator Bentrokan Warga Vs Aparat di Sukamulya

Agus menyebutkan, tidak semua orang bisa tinggal di flat Surabaya. Sebab, hunian vertikal tersebut khusus diperuntukkan warga Surabaya.

"Harus punya KTP Surabaya," katanya. Selain itu, lanjut dia, pemkot mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Mereka harus menyertakan surat keterangan tidak mampu (SKTM).

BACA JUGA: Akhirnya..69 Warga Pengungsi Asing Dapat Suaka

Saat ini sudah ada 20 flat yang dikelola pemkot. Total ada 3.941 unit.

Karena permintaan tinggi, pemkot berencana membangun 18 flat lagi.

Namun, hingga akhir 2016, ada tiga flat yang siap huni. Yaitu, Flat Dukuh Menanggal, Keputih I, dan II.

Alumnus Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) 1945 Surabaya itu menyebutkan, Flat Dukuh Menanggal punya progres paling cepat.

Flat lima lantai tersebut berisi 114 unit tempat tinggal tipe 24.

"Progresnya 83 persen," ujar Agus.

Pemkot meyediakan lahan seluas 1,18 hektare. Pengerjaannya dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).

Di Keputih, Kemen PUPR juga membangun flat. Letaknya di eks tempat pembuangan akhir (TPA).

Flat Keputih I memiliki tempat tinggal tipe 36 sebanyak 50 unit. Sedangkan di Keputih II ada 66 unit.

''Kalau Keputih ini masih 75 persen," ucapnya.

Setelah pembangunan flat selesai, pemkot mendapat kewenangan pengelolaan.

Soal besaran tarif, Agus mengatakan akan disesuaikan. Yang jelas, setiap flat tidak sama.

Agus mengakui, selama ini flat terkesan kumuh. Jendela hingga pagar dijadikan tempat menjemur pakaian.

Nanti ada tempat khusus untuk menjemur pakaian. Di setiap lantai akan disediakan empat titik.

 "Untuk memperbaiki image yang selama ini dianggap kumuh," ujar Agus sambil menunjukkan fotokopi desain flat.

Dia menekankan, warga yang terkena penggusuran mendapat prioritas menempati flat.

Namun, flat bukanlah tempat tinggal permanen. Setiap tiga tahun, penghuninya harus memperpanjang izin tinggal.

Jika sudah mapan dan bisa membeli rumah sendiri, penghuni tersebut diminta pindah.

"Biar yang antre bisa mendapat tempat," katanya.

Karena penghuni flat merupakan penduduk berpenghasilan rendah, banyak yang menunggak sewa.

Bila sudah lima kali menunggak, penghuni mendapat surat peringatan. Bila peringatan sudah tiga kali, unit bakal disegel.

Kemudian, unit tersebut digantikan warga yang sudah mengantre. (sal/rst/c7/oni/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mencekam! Tolak Pembangunan Bandara, Warga Bentrok dengan Aparat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler