BACA JUGA: KPK Juga Sadap Percakapan Billy
Apalagi sebelum Departemen Kesehatan (Depkes) menyediakan obat tersebut sebanyak 16,3 juta kapsul untuk mengatasi ancaman flu burung di Indonesia pada 2006 lalu, sudah ada penelitian kalau obat flu burung (oseltamivir) hanya bisa bertahan paling lama dua tahunHanya saja menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes Kustantinah, penyediaan oseltamivir sangat diperlukan untuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman pandemi influenza
BACA JUGA: Ada Dusta Dibalik Kenaikan BBM
Dalam Rencana Strategi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza 2006-2008, terdapat kegiatan penyediaan obat antivirus manusia sejumlah 0,5 hingga satu persen dari jumlah penduduk Indonesia“Hanya saja sesuai APBN Depkes pada 2006, hanya mampu mengadakan 16,3 juta kapsul flu burung dari 24 juta kapsul seperti yang tercantum dalam Renstranas Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza
BACA JUGA: Arbitrase Newmont ada Harapan Menang
Kalaupun akhirnya ada 7,8 juta kapsul yang akan expired Desember 2008 bukan berarti pemborosan, tetapi untuk melindungi masyarakat,'' tuturnya.Dijelaskan Kustantinah, 16,3 juta kapsul tersebut didistribusikan ke Dinas Kesehatan, RS Rujukan flu burung, RSUD Kabupaten/Kota, RS Swasta yang pernah merawat kasus flu burung, dan Puskesmas seluruh IndonesiaDi samping stockpiling di Depkes dan provinsiDalam evaluasi dua tahun ini, ternyata jumlah pemakaiannya relatif sedikit yakni 8,1 juta kapsul, itu sebabnya banyak obat flu burung masih tersisa.
Untuk 2009, Depkes akan menyediakan obat flu burung sebanyak tiga juta kapsul dengan anggaran Rp 32 miliar untuk stockpiling“Jadi kalau terjadi ancaman penyakit, kita sudah mempunyai obatnyaKalau penyakitnya tidak muncul, obatnya tidak terpakai,'' tukas Kustantinah sembari menambahkan kebijakan tersebut untuk melindungi kesehatan masyarakat(esy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sewaktu-waktu Harga BBM Naik Lagi
Redaktur : Tim Redaksi