jpnn.com, BOGOR - jpnn.com - Pusamania Borneo FC (PBFC) II tampil secara mengejutkan di turnamen Piala Presiden 2017.
Sebab, tim yang sama sekali tidak diunggulkan itu malah berhasil lolos sampai ke final dan akan berhadapan dengan Arema FC.
BACA JUGA: Singo Edan Bawa Misi Balas Dendam, Maksudnya?
Rahasianya rupanya tim berjuluk Pesut Etam itu tidak hanya mengandalkan lini belakang sebagai kekuatan tim.
Di sektor tengah, ada kombinasi segitiga antara Asri Akbar, Wahyudi Hamisi, dan Abdul Aziz. Ketiganya selalu menjadi pilihan utama saat fase grup.
BACA JUGA: Performa Gemilang, Pemain PBFC II Dilirik Klub Besar
Harus memainkan tiga pemain U-23 dalam satu kali pertandingan dengan durasi minimal 45 menit, pelatih Ricky Nelson selalu menempatkan nama Wahyudi.
Dia satu-satunya pemain yang konsisten dipasang sebagai starter sejak awal turnamen. Opsi lain ialah Rizky Syawaludin, Rival Lastori, dan Terens Puhiri.
BACA JUGA: Jelang Final, Cristian Gonzales Kurang Enak Badan
Dua nama terakhir baru bergabung jelang laga terakhir fase grup kontra Sriwijaya FC (18/2).
Kemampuan Wahyudi memang cukup menawan. Kontrol oke, umpan akurat. Aspek-aspek lain yang wajib dimiliki seorang gelandang pun secara utuh ada dalam dirinya.
Terbilang top selama turnamen hingga mengantarkan tim ke final, Wahyudi senang dan bangga. Dia mengaku banyak belajar dari sosok Asri Akbar yang menjadi mitranya di lini tengah.
"Terima kasih untuk kepercayaan pelatih dan semua senior-senior di tim. Jujur saya masih belajar untuk selalu tampil lebih baik," kata Tole, sapaannya.
Seandainya tidak diberlakukan aturan wajib memainkan pemain U-23, Tole yakin Ricky memberikan kesempatan lebih untuk pemain muda. Pasalnya, juru taktik 37 tahun itu jeli melihat potensi penggawa muda.
Tole memiliki peran vital saat bersua Persib Bandung pada semifinal leg pertama dan kedua. Harus berduel dengan gelandang senior seperti Hariono atau Dedi Kusnandar, dia tak canggung. Permainan keras namun tidak kasar sesekali dilakukannya untuk meredam alur serangan Pangeran Biru.
Di sisi lain, berpasangan dengan pemain muda, Asri mengaku senang. Sosoknya sebagai senior di lini tengah sekaligus kapten tim tidak membuat Tole atau Aziz sungkan. Namun, kedua pemain muda tetap memberi hormat dan tidak jemawa meski penampilannya menuai banyak pujian.
"Kuncinya untuk pemain muda adalah tidak lekas puas. Perjuangan masih panjang. Setelah turnamen ada kompetisi lagi," kata Asri.
Sementara bagi Aziz, dari tiga laga terakhir, dia selalu menjadi pemain pengganti. Sesuai skema, tiga pemain U-23 memang menempatkan nama Terens, Rival, dan Tole.
Aziz selalu masuk menggantikan Tole. Perannya tak kalah penting. Kualitasnya pun terbilang menjanjikan. Umurnya yang sudah 23 tahun membuatnya harus bersabar masuk pada babak kedua.
"Ada untungnya juga bisa masuk babak kedua. Bisa lihat cara main lawan. Dan ketika saya masuk, musuh sudah kelelahan. Jadi saya bisa berkreasi lebih banyak," tutur Aziz seperti diberitakan Kaltim Post (Jawa Pos Group) hari ini.
Eks Persiba Balikpapan itu mengaku bersyukur bisa berseragam PBFC musim ini. Selain bisa membawa tim ke final Piala Presiden 2017, dia menjawab cibiran atas kepindahannya dari Kota Minyak ke Tepian.
Melakoni laga final, ketiga gelandang tersebut dipastikan bakal tampil. Namun, siapa menjadi starter atau pengganti, sudah urusan Ricky sebagai juru taktik. Hanya Tole yang kemungkinan starter mengingat usianya baru 19 tahun.
"Saya mau lihat kesiapan seluruh pemain. Jadi belum bisa dipastikan siapa yang akan tampil di final," tutur Ricky.
Berlaga di final, Ricky berharap seluruh gelandang bisa tampil spartan. Dia ingin Tole, Asri, dan Aziz kembali berkontribusi besar untuk tim menggapai juara. (*/abi/bby/k9)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Arema FC ke Pakansari Melengkapi Prestasi
Redaktur & Reporter : Budi