jpnn.com, JAKARTA - Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta mencatat adopsi educational technology (edtech) atau teknologi pendidikan yang dilakukan selama pandemi Covid-19 layak dilanjutkan.
Hal itu dipaparkan oleh ketua tim penelitian CfDS UGM Dr. Kuskridho Ambardi saat menyajikan laporan riset “Masa Depan Pendidikan Hybrid Indonesia di Era Pasca Pandemi Covid-19” saat Digital Experts Talk yang berlangsung secara hibrida, Selasa (22/2).
BACA JUGA: Bocoran dari Refocus soal Tren Teknologi Pendidikan 2023
Dr. Kuskridho menyebutkan guru dan siswa yang menjadi responden penelitian menyatakan banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknologi pendidikan selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Adopsi teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar-mengajar dinilai memberikan banyak manfaat dalam pembelajaran," papar Dr. Kuskridho.
BACA JUGA: Guru Kreator Enterprise, Aplikasi Teknologi Pendidikan untuk Bantu Guru dan Siswa
Penelitian mencatat juga bahwa 41 persen responden guru berpendapat, teknologi dan platform edtech membantu mereka dalam mengajar.
Guru menjadi mudah mendapatkan informasi soal materi, berkomunikasi dengan siswa, menjelaskan materi, membantu mengadopsi kemampuan digital lain, dan membuat waktu pembelajaran menjadi lebih efektif.
BACA JUGA: Snapask Berambisi Jadi Pemimpin Dalam Teknologi Pendidikan di Asia
Adapun penelitian itu dilakukan selama setahun terakhir untuk mengetahui peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran dan bagaimana kelanjutan penggunaannya saat sekolah telah kembali tatap muka.
Metode penelitian dilakukan melalui empat metode yaitu diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion), kunjungan sekolah, wawancara, dan survei terhadap 72 siswa dan 71 guru SMP/SMA di 6 provinsi di Indonesia.
Di sisi lain, lanjut Dr. Kuskridho, dari kacamata siswa (73,61 persen), penggunaan teknologi dalam pembelajaran membantu mereka mengadopsi kemampuan digital lain.
"Selain peningkatan kecakapan digital, adopsi edtech mendorong siswa memiliki pengalaman belajar baru yang dapat dipersonalisasi dengan ragam keunikan belajar siswa," ujar Kuskridho.
Guru TIK SMAN 1 Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Topari menilai teknologi dalam pendidikan jangan ditinggalkan dan perlu dilanjutkan.
Menurutnya, pandemi membuat derap laju digitalisasi pendidikan menjadi lebih kencang. Di SMAN 1 Playen, untuk sistem penilaian, telah menerapkan teknologi pendidikan dengan adanya platform Belajar.id
“Kami juga membuat platform basis learning management system-nya melalui Google Classroom,” ujar Topari.
Peneliti CfDS, Amelinda Pandu Kusumaningtyas, memaparkan, berdasarkan kajian yang dilakukan CfDS dari riset ini, ada beberapa skenario dalam adopsi teknologi pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan hibrida pasca pandemi Covid-19.
Pertama, menjadikan teknologi pendidikan sebagai perangkat dalam pengelolaan pendidikan.
"Adopsi edtech sebagai alat bantu penyelenggaraan dan dalam mengelola sekolah," ujar Amelinda.
Temuan riset di lapangan menunjukkan, banyak sekolah yang tetap memanfaatkan teknologi pendidikan, misalnya untuk pengumpulan tugas, pelaksanaan ujian, dan sebagai medium penyimpanan bahan ajar.
Kedua, penerapan pembelajaran campuran (blended learning). Penggunaan teknologi pendidikan bisa mulai lebih lekat dalam penyelenggaraan pendidikan dan menciptakan kolaborasi baru bagi aktor pendidikan. Melalui cara ini, pelaksanaan pembelajaran dan pengayaan siswa secara daring dan mandiri akan terwujud.
Ketiga, pembelajaran digital yang terintegrasi (integrated digital learning) dengan menerapkan penggunaan teknologi pendidikan secara utuh dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu, CfDS memberikan beberapa rekomendasi pemerintah untuk menyusun peta digitalisasi pendidikan Indonesia. Pemerintah daerah didorong merealisasikan pemerataan sarana dan prasarana digital yang mengacu pada kebutuhan sekolah.
Selain itu, perusahaan penyedia platform teknologi pendidikan perlu mengembangkan platform dengan fitur yang selaras dengan konteks kesiapan digital di Indonesia.
"Fitur-fitur platform yang dapat digunakan secara luring dan mobile friendly," kata Amelinda.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bonifasius Wahyu Pudjianto, mengatakan, hasil riset ini memberikan catatan penting bahwa infrastruktur teknologi menjadi keharusan. Dia mengatakan, hal ini menjadi tantangan bagi Kemenkominfo untuk menyediakan infrastruktur yang memadai.
“Dan tidak kalah penting, harus diberikan edukasi kepada para murid mengenai penggunaan internet untuk medium pembelajaran,” kata Boni.
Kemenkominfo juga memastikan terus mempersiapkan infrastruktur, salah satunya peluncuran satelit baru pada tahun ini yaitu Satelit Republik Indonesia (Satria). Dengan adanya satelit ini, diharapkan seluruh daerah di Indonesia sudah terkoneksi layanan internet. Satu satelit lain rencananya akan diluncurkan pada 2024.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul