Riset Industri Penting agar Indonesia Mampu Menekan Impor

Kamis, 05 Agustus 2021 – 14:28 WIB
Ilustrasi. barang impor. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air. 

Program ini berbasis pada demand driven, yaitu riset yang digerakkan berdasarkan permintaan serta kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pasar maupun masyarakat.  

BACA JUGA: MPR Serap Hasil Riset ITB Terkait Bioteknologi dan Pengembangan Industri

Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) periode 2018-2020 Berry Juliandi menjelaskan riset memiliki kesinambungan antara riset dasar dan terapan. Riset dasar inilah yang menjadi modal riset terapan yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat, industri, dan lainnya.

"Riset dasar dan riset terapan merupakan kesinambungan yang penting sehingga dari kegiatan riset tersebut bisa menghasilkan tenologi, kebijakan, atau intervensi sosial yang sesuai dengan kebutuhan," terang Berry, Kamis (5/8).

BACA JUGA: 3 Peneliti Terpilih Program Indofood Riset Nugraha Diajak ke Singapura

Dia menjelaskan ranah pengembangan riset terapan yang mengacu pada demand driven dilakukan oleh pendidikan tinggi vokasi. Di berbagai negara maju, pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam pengembangan SDM, sehingga lulusan vokasi sangat diperlukan sebagai tonggak pembangunan ekonomi negara.

Menurut dia, Link and match menjadi salah satu kunci untuk menghasilkan SDM andal yang mampu menghasilkan riset terapan yang memiliki impact bagi DUDI maupun masyarakat.

BACA JUGA: Ini Skema Baru Program Insentif Riset

Untuk mewujudkan lulusan vokasi yang andal, maka diperlukan kesamaan visi dari semua pihak, baik pemerintah, industri, maupun stakeholder terkait pendidikan vokasi.

"Industri dan pendidikan vokasi perlu memiliki ruang bersama untuk lebih dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Melalui komunikasi yang baik, maka kepercayaan akan muncul," kata Berry.

Sementara Ketua Pokja Vokasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Barat Hadi S Cokrodimejo menjelaskan riset industri sangat berguna agar Indonesia tak kebanjiran impor. Riset tersebut khususnya dalam industri informasi dan teknologi (ICT), kesehatan, logam, dan mesin.

Menurutnya pelaku usaha ingin memperkuat industri dalam negeri melalui riset terapan. Hal ini juga dilakukan UMKM yang ternyata berguna untuk pengembangan industri. Hasil riset tersebut tidak banyak terintegrasi dengan sekolah dan research and development, termasuk balai-balai besar di Kementerian Perindustrian.

Hadi memaparkan ada 75 bidang yang disediakan Kadin untuk melakukan riset terapan dalam menjawab kebutuhan UMKM dan masyarakat. Jumlah ini, kalau dilakukan dengan baik dan didukung, akan mampu menekan impor bahan baku. Kualitas produk juga akan lebih baik dan murah sehingga bisa bersaing dengan produk-produk luar negeri.

"Dengan riset vokasi tersebut saya harap bisa menjembatani kebutuhan riset dasar maupun riset terapan supaya Indonesia bisa maju seperti negara lain," kata Hadi.

Adil B. Ahza, tim Program Riset Keilmuan Terapan, menjelaskan, riset keperluan industri memiliki sifat mengejar keuntungan atau profit oriented. Sedangkan kebutuhan masyarakat memiliki sifat yang lebih social enterprise.

Untuk itu, menurut dia, upaya menyelaraskan dua sifat tersebut harus dilakukan secara tersruktur sehingga dapat menangkap maksud dan tujuan masing-masing. 

“Dan bagi politeknik Ini adalah hajatan institusi. Satu organsiasi harus memberikan impact. Ini harus lintas disiplin, jangan hanya satu orang, tetapi institutional driven,” tutup Adil. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler