Riset Nielsen Ungkap Perubahan Persepsi Publik terhadap Iklan, Ini 3 Poin Pentingnya

Senin, 24 Januari 2022 – 23:18 WIB
Sosial media menjadi salah satu sarana iklan UMKM. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Nielsen telah meluncurkan Trust in Advertising Study 2021 tentang kepercayaan dalam periklanan secara global. Studi ini dirancang untuk mengungkap pendapat konsumen tentang berbagai jenis iklan secara global.

Salah satu temuan penting riset ini adalah iklan yang menggambarkan situasi kehidupan nyata menempati posisi teratas, khususnya dengan berbagai bumbu humor di dalamnya.

BACA JUGA: Bikin Iklan Kecap Perlu Riset Daging Sapi

Di sebagian besar negara, karakteristik iklan yang paling penting adalah yang menggambarkan situasi kehidupan nyata. Iklan tersebut semakin menarik ketika ditambah bumbu-bumbu humor di dalamnya.

"Tertawa adalah hal yang sangat pokok bagi manusia dan memiliki kekuatan untuk memberi energi dan menambah keseruan pada keseharian kita. Tertawa mampu merekatkan hubungan sosial dan ikatan antarmanusia. Penelitian pun telah menunjukkan bahwa tertawa dapat meningkatkan kesehatan kita. Tidak mengherankan ketika humor dan situasi kehidupan nyata menjadi konten yang paling dekat dengan audiens," kata International Media Analytics Lead Nielsen, Cathy Heeley dalam keterngan yang diterima, Senin (24/1).

BACA JUGA: Tolak Wacana Larangan Total Iklan Rokok, Asosiasi Periklanan Indonesia: Itu Tidak Adil

"Kami memandang bahwa iklan yang menyentuh hati terkait dengan esensi menjadi manusia akan tetap unggul dari jenis maupun topik iklan lainnya dan membantu kita mempertahankan audiens kita.”

Riset juga menemukan bahwa rekomendasi dari mulut ke mulut adalah cara yang paling sukses, dengan 88 persen orang sangat mempercayai rekomendasi dari orang yang mereka kenal.

BACA JUGA: Insan Periklanan Unik dan Berbakat Bakal Unjuk Gigi di Citra Pariwara

Lebih dari 50 persen orang mempercayai saluran ini dibandingkan dengan saluran lainnya, seperti spanduk online dan iklan video yang ada di ponsel atau tablet, iklan SMS dan
iklan mesin pencari.

Bahkan, pengaruh dari buzzer atau influencer tidak seampuh teman dan keluarga, dengan hanya 71% orang cukup hingga sangat mempercayainya.

"Tampaknya ada kesenjangan (promise gap) antara manusia dan iklan berbayar. Sementara kita tahu bahwa iklan reguler mampu menjaga merek (brand) tetap hidup, pengalaman 'pribadi' yang dirasakan oleh teman dan keluarga terhadap merek tertentu lah yang lebih mampu mendorong penjualan. Kami melihat bahwa ketika ‘brand promise’ dan ‘brand experience’ bersinergi dengan baik, angka penjualan dapat meningkat secara signifikan," lanjut Cathy.

Temuan lainnya yang layak jadi sorotan adalah minimnya kepercayaan terhadap iklan secara keseluruhan, kecuali jika rekomendasi berasal dari teman dan keluarga.

Iklan produk tembakau adalah yang paling tidak dipercaya, sementara iklan makanan adalah yang paling dipercaya secara keseluruhan.

Temuan dari studi Nielsen ini menunjukkan adanya pergeseran kepercayaan konsumen pada merek yang secara otentik menunjukkan nilai-nilai merek yang kuat.

"Ini adalah refleksi bisnis yang menarik di situasi kehidupan kita saat ini. Orang-orang tertarik pada bagaimana sebuah merek akan membawa manfaat bagi dunia, tidak hanya pada kegunaan apa yang ditawarkan produk tersebut. Narasi dari iklan telah berubah dan, di seluruh dunia, konsumen mencari tentang apa itu makna dari nilai merek (brand values), apa yang mereka perjuangkan dan bagaimana hal tersebut diterapkan,” beber Cathy.

"Kami diberondong dengan beragam pesan setiap hari bahwa semakin sulit bagi sebuah iklan untuk sukses. Studi ini menunjukkan bahwa nilai-nilai perusahaan di balik iklan dan budaya kerja yang mereka miliki sama pentingnya dengan iklan itu sendiri. Konsumen lebih peduli tentang bagaimana merek dapat membantu dunia bergerak maju. Sangat penting bahwa merek saat ini menunjukkan visi, misi, dan nilai-nilai mereka – bukan hanya produk atau layanan mereka."

Hellen Katherina, executive director Nielsen Media Indonesia mengungkap bahwa pesatnya perkembangan saluran periklanan dewasa ini telah menciptakan peluang dan tantangan baru bagi dunia periklanan.

Pada satu sisi, pengiklan memiliki opsi yang lebih beragam untuk melakukan kampanye merek tertentu, tetapi di sisi lain, mereka juga perlu melakukan pertimbangan secara cermat terkait jenis saluran yang digunakan dan bagaimana sebuah iklan perlu disampaikan kepada publik sehingga tujuan periklanan dapat tercapai.

“Melalui studi yang diselenggarakan secara global ini, Nielsen mampu memberikan gambaran tentang jenis saluran dan konten apa yang paling sesuai dengan karakter masyarakat di beragam belahan dunia berbeda. Hal ini tentunya dapat menjadi masukan berharga bagi para pengiklan di luar sana yang senantiasa berharap bahwa iklan yang mereka buat dapat mendorong terciptanya aksi lanjutan dari konsumen potensial,” terang Hellen.

Studi ini dilaksanakan dengan mengambil sampel sebanyak 40.000 orang selama Agustus hingga September 2021 di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Latin.

Studi ini merupakan bagian dari Survei Penelitian Media (Media Research Survey) yang dilakukan oleh Nielsen guna memahami lanskap periklanan guna membantu para pengiklan dan perusahaan membuat strategi periklanan yang lebih efektif. (dil/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler