Rizal Ramli dan Hariman Siregar Ditodong Preman di...

Senin, 11 Januari 2016 – 14:46 WIB
Senda gurau Rizal Ramli dan Hariman Siregar. Foto: Repro buku Hariman & Malari.

jpnn.com - PERTENGAHAN 1980-an, saat Rizal Ramli sekolah di Boston, Hariman Siregar datang berkunjung. 

"Dia mengajak saya melancong. Jalan-jalan ke New York dan Washington," kenang Rizal yang kini menjabat Menko Maritim dan Sumber Daya.

BACA JUGA: JOSS...Mental Juang PDI Perjuangan

Hariman memilih naik kereta malam dari Boston agar tiba di New York pukul 03.00 pagi. 

"Keluar dari stasiun, kami tiba di daerah Hell's Kitchen. Memang dapur neraka, saking banyaknya pembunuhan di tempat ini. Orang baru keluar dari kereta bisa di-dor di sini. Sekarang sih, sudah aman. Waktu itu benar-benar dapur neraka," papar Rizal.

BACA JUGA: Jika Megawati Tak Berembel-embel Soekarnoputri

Hell's Kitchen satu daerah di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Berada di antara Jl. 34 dan 57 dari 8th Avenue ke Sungai Hudson. Tempat ini dulunya wilayah kekuasaan gangster Amerika keturunan Irlandia.

Karena sepanjang perjalanan malam belum makan, pagi itu mereka lapar sekali. 

BACA JUGA: Paten Juga Rahasia Kemenangan Partai ini

Dua sekondan itu masuk salah satu restoran. 

Eh, di sana terjadi perkelahian. Ada pengunjung yang makan tak mau bayar. Lalu, pengelola restoran yang berkulit hitam mengambil sebilah besi dan selesailah pengunjung itu. 

"Gila, beneran itu!?" Hariman terkejut, apalagi di luar restoran juga ada yang berantam.   

"Zal, kita cari tempat aman," ajak Hariman seraya menarik Rizal Ramli. 

"Baru itu saya melihat Hariman takut, biasanya dia berani saja," Rizal mengenang masa mudanya. 

Hariman Siregar, mantan pimpinan Dewan Mahasiswa UI, lakon gerakan mahasiswa 1974.

Rizal Ramli, mantan pimpinan Dewan Mahasiswa ITB, lakon gerakan mahasiswa 1978. 

Kala itu Rizal yang lebih muda tiga tahun dari Hariman berusia 27 tahun. 

Antara New York dan Washington

Dari New York, dengan menumpang kereta mereka laju ke Washington. Hari sudah gelap. Sekira pukul 19.00. 

Saat asyik melenggang, tiba-tiba seseorang berbadan besar, tinggi, berkulit hitam menghampiri.

Ia meminta kamera yang disandang Hariman di punggungnya seraya mengancam dengan pisau.

"Hariman segera mematikan kameranya. Ia pikir ini sama saja dengan di Jakarta, tapi ini rupanya serius. Akhirnya, kami kabur," tutur Rizal.

Hanya saja orang itu larinya lebih cepat. Sewaktu sudah mendekat, Hariman membanting kameranya. Dia pikir, ketimbang dikasih ke penodong, lebih baik dirusak. 

Rupanya si penodong kian naik pitam. Mereka dikejar lagi. Langkah baik, mereka jumpa polisi dan diselamatkan.

Kata polisi, "kamu itu sayang nyawa atau sayang kamera? Kalau dia minta kasih saja. Jangan sok jadi jagoan!" 

Meski dalam lindungan polisi, si penodong dan kawan-kawannya masih mengintai. 

"Hati-hati, kamu nanti bisa ditusuk," polisi mengingatkan. Akhirnya mereka diamankan polisi di kabin kamar tidur kereta. Sebelum pergi, polisi itu kembali mengingatkan agar pintu kabin dikunci.

Sepanjang perjalanan New York-Washington, mereka tak bisa tidur. Sebab polisi sempat bilang, para preman tadi marah dan dendam.

"Gila, gue jagoan di Jakarta, bisa ngelanglang ngumpet di sini..." gumam Hariman.

Petualangan dua legenda gerakan mahasiswa Indonesia di negeri Paman Sam ini dicuplik dari buku Hariman & Malari. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari ini PDI Perjuangan Ultah...Masih Ingat Peristiwa 27 Juli?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler