jpnn.com, MATARAM - Tokoh Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rohman Farly mengatakan, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, dan yang lainnya harus dijadikan mitra untuk membangun kota.
Dia menilai pergerakan organisasi di pusat pemerintahan seperti Kota Mataram cukup dinamis. Hal itu tak boleh dipandang sebelah mata.
BACA JUGA: M16 Dorong Pendatang Baru Lebih Agresif Jelang Pilkada
"Apa pun organisasinya harus dirangkul. Saya nilai mereka bisa menjadi mitra strategis," kata Farly, Minggu (11/8).
BACA JUGA: Rohman Farly: Anak Muda Rindu Ruang Berkreasi
BACA JUGA: Rohman Farly: Anak Muda Rindu Ruang Berkreasi
Farly menilai perlu mengidentifikasi lintas organisasi. Selanjutnya, merangkul organisasi dalam upaya mengembangkan dan membangun Kota Mataram.
"Saya mendapat cerita, langkah-langkah organisasi ini masih parsial. Sebatas melibatkan pemerintah ketika ada acara saja," terangnya.
BACA JUGA: NTB jadi Pemda Pertama yang Adopsi Metode BSC
Farly menjelaskan, organisasi yang tumbuh di ibu kota provinsi biasanya beraneka ragam. Mulai keagamaan, peduli lingkungan, seni, kreativitas, hingga hobi anak muda.
Menurut dia, semua organisasi tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata.
"Rangkul kemudian berikan mereka porsi baik pembinaan ataupun dukungan anggaran," ujarnya.
Farly menjelaskan, organisasi tentu memiliki struktur dan tidak individu. Ketika dibina dan didukung, organisasi itu bisa dilibatkan membangun Kota Mataram.
"Keunggulan ini tentu tak dimiliki daerah lain. Biasa masyarakat urban kota itu SDM lebih baik, jadi lebih mudah diatur," bebernya.
Selama ini banyak organisasi di pusat pemerintahan sanggup eksis tanpa campur tangan pemerintah. Organisasi-organisasi itu dikelola nirlaba dan mengandalkan dana swadaya untuk memberi kontribusi bagi daerah. Kinerjanya positif serta menunjang pemerintah.
"Rugi kalau mereka tidak diajak kerja sama. Dijadikan mitra membangun kota," urainya.
Farly memberi contoh komunitas pecinta seni banyak yang membeli cat atau pilox kemudian membuat mural (gambar) di tembok kosong. Cara mereka positif karena buka corat-coret sembarangan.
Dia menambahkan, pemerintah bisa menggandeng mereka mempercantik sudut kota. Hal itu seperti yang dilakukan di Kota Bandung, tembok yang kosong dipercantik dengan beraneka ragam gambar
"Mereka bisa mural tembok kosong seperti di Jalan Pemuda, Jalan Pendidikan, atau Jalan AA Gede Ngurah. Jalan Pabean di Ampenan itu juga bagus, apalagi kota tua temboknya sudah dicat warna-warni," terangnya.
Dia mengatakan, tembok yang sudah dicat dengan cantik tentu akan menarik minat warga kota.
"Bisa menjadi background berfoto," imbuhnya.
Kelompok lain yang bisa dirangkul, kata Farly, adalah komunitas pencinta kebersihan. Mereka secara berkala bisa digandeng untuk beraksi serta memberikan sosialisasi pengolahan sampah di tiap lingkungan.
"Hadirnya pemerintah bersama mereka bisa membuat penanganan sampah berjalan partisipatif dan berkelanjutan," katanya.
Demikian pula dengan organisasi yang peduli pada literasi. Di Kota Mataram cukup banyak ruang terbuka hijau yang bisa menyediakan tempat baca.
Biasanya masyarakat kurang tertarik ketika datang ke perpustakaan. Namun, minat bisa berubah ketika membaca buku sembari menikmati taman.
"Pemerintah siapkan bukunya, komunitas baca yang menjaga. Bukankah ini akan menguntungkan pemerintah?" kata Farly.
Dia menambahkan, keterlibatan lintas organisasi dengan pemerintah bisa menghadirkan ikatan yang kuat jika berjalan simultan.
Sepanjang organisasi itu memberi dampak positif, Pemkot Mataram harus merangkulnya. Semakin banyak kelompok yang terlibat membangun kota, kian menguntungkan pemerintah.
"Tidak ada ruginya memperkuat silaturahmi antarorganisasi ini. Paradigma pemerintahan di Kota Mataram harus diubah," tandasnya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dinas Perdagangan NTB Gencar Gelar Pasar Sembako Murah
Redaktur & Reporter : Ragil