jpnn.com, MATARAM - Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram Bambang Mei Finarwanto mengimbau para penantang tampil lebih agresif dan menunjukkan taji dalam pilkada di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2020.
Pasalnya, para penantang tidak memiliki modal utama yang sudah dipegang petahana, yakni popularitas dan elektabilitas.
BACA JUGA: Rohman Farly: Anak Muda Rindu Ruang Berkreasi
Sebagaimana diketahui, tujuh dari sepuluh kabupaten dan kota di NTB akan menggelar pilkada pada tahun depan.
BACA JUGA: Komisi II Siap Bahas Larangan Eks Koruptor Maju Pilkada dengan KPU
BACA JUGA: Komisi II Siap Bahas Larangan Eks Koruptor Maju Pilkada dengan KPU
Bambang menambahkan, masyarakat sudah mengetahui baik dan buruk kinerja petahana. Di sisi lain, gagasan yang disampaikan penantang bakal sia-sia jika tidak sampai ke masyarakat.
"Kalau mau imbangi popularitas dan elektabilitas petahana, pendatang baru harus sadar diri. Jangan merasa kuat sebelum bertanding," ujar pria yang karib disapa Didu itu, Jumat (9/8) .
BACA JUGA: Mardani PKS Setuju Eks Napi Koruptor Dilarang Maju Pilkada, Ini Alasannya
Menurut Didu, para pendatang baru kerap terbuai dengan hasil survei internal. Didu menegaskan, hasil survei hanya sebagai tolok ukur atau alat.
"Hasil survei seharusnya diikuti tindakan lanjut. Kelemahan yang pendatang baru seringkali terkesan ikuti pola petahana. Harusnya dia melakukan tindakan yang tidak dilakukan oleh petahana," ucap Didu.
Didu menyarankan para pendatang baru lebih aktif bergerak untuk terjun ke lapangan dan menampilkan terobosan dalam upaya pengenalan diri serta gagasan yang ditawarkan.
Dia menambahkan, para pendatang baru pun perlu menyesuaikan diri dengan segmen masyarakat yang ditemui.
"Membaurlah dengan lingkungan sekitar. Kalau ketemu anak muda, ya, pakai gaya anak muda. Sesuaikan segmentasi. Kalau ketemu tokoh, ya, tampil sopan," kata Didu.
Menurut dia, para pendatang baru tidak perlu terjebak pada dikotomi, termasuk melakukan black campaign, tetapi harus merangkul semua kalangan.
Didu menambahkan, selain aktif terjun di lapangan, para pendatang baru juga perlu bermain pada tatanan media sosial dan media mainstream sebagai bentuk keterbukaan pada publik.
"Jangan lupa media sosial dan media mainstream harus berjalan seiringan dalam menopang gagasan yang dipunyai," ungkap Didu. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Girindra Tidak Setuju Mantan Koruptor Dilarang Maju Pilkada
Redaktur : Tim Redaksi