BACA JUGA: Lagi, Polisi Tangkap Abu Bakar Baasyir
Salah seorang di antara mereka bahkan mendapatkan tawaran beasiswa langka dari Amerika SerikatNovelis beruntung tersebut adalah Andrea Hirata, si penulis tetralogi Laskar Pelangi
BACA JUGA: KPK Desak Pejabat BUMN Segera Lapor LHKPN
Tak tanggung-tanggung, kampus yang memberinya beasiswa adalah The University of IowaBACA JUGA: PT DMP Sayangkan Politisasi Kasus ke Lingkar Istana
"Memang sudah saatnya saya belajar sastra," ungkap Andrea merendah ketika ditemui Jawa Pos di sebuah warung kopi di Pasar Rakyat Negeri Laskar Pelangi, Kampung Linggang, Kecamatan Gantong, Belitung TimurHari itu, Sabtu sore (7/8), penampilan Andrea sangat santaiDia mengenakan topi kulit khas koboi dan berkaus hitam dibalut jaket blue jeans yang dilengkapi emblem di mana-manaUntuk bagian bawah, dia hanya mengenakan celana pendek hitam dan bersandal jepit
Sabtu sore hingga malam itu (7/8) merupakan hari tersibuk bagi Andrea dalam beberapa bulan terakhirSebab, hari itu dia bersama warga mempersiapkan peresmian sebuah taman bacaan Laskar Pelangi untuk keesokan harinya (8/8) di kampung halamannya tersebutTaman bacaan yang menyediakan sekitar 300 judul buku itu dia rintis sejak lima tahun laluSaat ditemui, wajahnya begitu cerahDia bercerita dengan antusias tentang pencapaian itu
?Akhirnya, salah satu cita-cita saya terlaksana," ucap Andrea sambil memamerkan bangunan kayu berukuran sekitar 3 x 4 meter yang sudah dipenuhi buku-buku tersebutPenulis best seller tetralogi Laskar Pelangi itu menjelaskan, buku-buku di taman bacaan tersebut dibeli dengan royalti dari penjualan buku-buku karyanya yang meledak
Meski bukunya sudah terjual sekitar 5 juta eksemplar dan dunia tulis-menulis digeluti sejak empat tahun silam, Andrea tetap merasa bahwa dirinya bukanlah seorang sastrawan hebatBahkan, dia menganggap dirinya sebagai orang di luar lingkungan sastra"Selama ini, lingkungan saya hanya dikelilingi orang-orang kantoran dan pendidikan," ucap pria yang pernah bertugas di Kantor Telkom Divre V Surabaya itu
"Saya juga tidak terafiliasi dengan kelompok sastra mana pun," imbuhnya
Bahkan, Andrea mengakui selama hidup hanya membaca tiga novelYakni, Il Postino karya Antonio Skarmeta, Einstein Dreams karangan Alan Lightman, dan In Cold Blood kreasi Truman CapoteSelain itu, dia mengatakan tidak gemar membaca novel-novel Indonesia.?Selama ini, ilmu yang dia geluti adalah ekonomi telekomunikasi
Memang sudah menjadi rahasia umum bahwa sebenarnya Andrea tidak pernah berniat mengomersialkan kisah Laskar PelangiMemoar tersebut merupakan hadiah Andrea untuk gurunya tercinta yang bernama MuslimahTapi, karena "dicuri" seorang sahabat, lalu diserahkan ke penerbit PT Bentang Pustaka, akhirnya novel yang dicetak kali pertama pada September 2005 itu meledak
Tak lama kemudian, tiga judul lain karyanya juga mendulang suksesYakni, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.Akhirnya, Laskar Pelangi menembus dunia internasionalPada 23 Maret lalu, PT Bentang Pustaka menandatangani kerja sama dengan sebuah agen buku komersial Amer-Asia Books Inc, Arizona, ASSaat itu, buku Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Rainbow Troops tersebut akan disebarluaskan ke penjuru dunia
"Saya penulis pertama Indonesia yang dikontrak agen komersial dunia," ucap pria yang pernah dua semester menjadi dosen tamu di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ituSambil sesekali menyeruput kopi susu dalam gelas kecil, Andrea menceritakan bahwa kini buku terjemahan tersebut sudah disebarluaskan ke beberapa negaraDi antaranya, Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Korea, dan Jerman
Namun, papar Andrea, buku itu belum bisa menembus pasar Amerika"Sekarang tren di sana masih drakula-drakulaan," celetuknya sambil tertawa kencangNamun, dia yakin bahwa suatu saat karyanya bisa menggemparkan pasar Amerika"Saya adalah orang kampung yang tidak berkecil hati," imbuh pria yang selalu merahasiakan tahun kelahirannya itu.
"Nah, sejak novel tersebut diterjemahkan, Andrea mendapatkan berkahKarena kampus tersebut telah mempelajari novelnya, Andrea berhak memperoleh beasiswa ituRencananya, selama tiga bulan menempuh pendidikan, Andrea menekuni materi tentang riset untuk sebuah tulisan sastraSelain itu, dia ingin memperdalam ilmu untuk menulis novel budaya.
Menurut dia, momentum tersebut adalah saat paling tepat untuk dirinya memperdalam sastra dengan benarPeraih gelar cum laude program postgraduate Sheffield Hallam University, United Kingdom, tersebut menyatakan selama ini tidak memiliki chemistry dalam dunia sastra
Bahkan, meledaknya beberapa novelnya merupakan sebuah anomali yang tidak pernah dia duga"Itu adalah sebuah pertanggungjawaban untuk membuat karya yang lebih baik," ucapnya
Mengapa mendalami riset" Apakah selama ini tidak pernah melakukan riset" Andrea langsung terkejut"Saya melakukan riset selama empat tahun untuk buku dwilogi saya yang terbaru (Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, Red)," tegasnya sambil memonyongkan bibir.
Dia menceritakan, sejak novel Laskar Pelangi mendulang sukses, dirinya langsung mengadakan riset tentang kehidupan masyarakat BelitungBahkan, dia intensif berkomunikasi dengan salah seorang dosen di Sheffield University, dr Hoffstede, yang juga peneliti corporate culture
Andrea lantas memodifikasi beberapa teori untuk diterapkan ke dalam tulisanHasilnya memuaskanKini dwilogi terbaru Andrea, Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat"Saya belum data berapa penjualannyaTapi, saya dapat laporan, tiga hari setelah terbit, novel itu dibajakSaya ingin menangisRiset saya empat tahun seakan sia-sia," ucapnya lalu meringis kesal(kuh/c11/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Harus Patuh Putusan Pengadilan
Redaktur : Tim Redaksi