Ruang Pendidikan Seharusnya Bahas Masalah Fundamental Bangsa, Jangan Pemilu Saja

Jumat, 16 Desember 2022 – 14:22 WIB
Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto seminar ilmiah dosen dalam rangka dies natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) Yogyakarta, Jumat (16/12). Foto: Dokumentasi Hasto Kristiyanto

jpnn.com, JAKARTA - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto mengajak semua pihak, terutama mahasiswa untuk membahas masalah fundamental bangsa. Hasto tak ingin anak bangsa hanya disibuki pembahasan soal Pemilu.

Hasto menyatakan ada autokritik terhadap dunia pendidikan. Sebab, seakan ada jarak antara pendidikan dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh bangsa dan negara untuk maju.

BACA JUGA: Payung Hukum Kuatkan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila

“Perguruan tinggi sebagai autokritik sepertinya ada gap dengan apa yang dibutuhkan bangsa dan negara bagi kemajuan kita. Padahal pengusaan iptek dan riset dan inovasi sangat penting,” tutur Hasto dalam seminar ilmiah dosen dalam rangka dies natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) Yogyakarta, Jumat (16/12).

Di hadapan ratusan civitas academika Sadar yang dipimpin Rektor Albertus Bagus Laksana, Hasto menguraikan kondisi pendidikan saat ini.

BACA JUGA: Bedah Musik Kebangsaan Singgah ke 6 Kampus di Indonesia

Hasto menyampaikan sebenarnya para pendiri bangsa Indonesia sudah merumuskan politik pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan negara.

Pendidikan harus memajukan kesejahteraan umum dan melindungi segenap warga bangsa.

BACA JUGA: Dukung Startup Indonesia, Universitas di Singapura Gandeng ITB dan Prasetiya Mulya

Selanjutnya, kaum terdidik punya tanggung jawab eksternal melibatkan diri dalam upaya membangun ketertiban dunia berdasarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, kemerdekaan, keadilan sosial untuk mewujudkan perdamaian abadi.

Namun kenyataannya, menurut Hasto, semua diskursus saat ini lebih asyik bicara soal calon presiden.

"Kini setiap orang bicara soal calon presiden, seakan-akan satu minggu ke depan akan ada pemilu. Semua berbicara elektoral tetapi melupakan persoalan fundamental bangsa yang berkaitan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Hasto.

Faktanya, lanjutnya, peringkat pendidikan Indonesia jauh tertinggal dari negara lain.

Bahkan tertinggal dari Malaysia, yang di masa lalu justru banyak meminjam guru dari Indonesia. Hasil riset juga menemukan bahwa IQ rata-rata orang Indonesia kalah dari orang Filipina, Laos, dan Kamboja.

Indonesia juga masih menghadapi stunting, yang ironisnya terjadi di Nusantara yang kaya dengan sumber makanan bergizi.

“Zaman Pak Harto makan sayur-sayuran jagung dikatakan miskin padahal itu komponen gizi cukup besar. Daun kelor hanya dianggap pagar mengusir genderuwo padahal orang Australia iri melihat kita daun kelor dengan keragaman vitamin luar biasa,” urai Hasto.

Dia juga menilai sedikit ilmuwan yang meneliti sumber-sumber pangan, protein, dan jamu-jamuan Nusantara untuk memajukan kesejahtetaan umum.

Dia lalu menceritakan bagaimana suatu hari dirinya dipanggil oleh Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Megawati ingin menyampaikan tentang seorang investor Perancis yang menyewa lahan di Sleman. Lalu dengan kultur jaringan, dia kembangkan seluruh benih bambu di Indonesia. Hasilnya, setiap empat bulan sekali, diekspor ke empat benua.

“Bu Mega mengatakan kemana dunia pendidikan kita, kenapa harus orang asing? Bukan saya antiasing, tetapi masak untuk mengembangkan teknologi terapan Kuktur Jaringan yang relatif sudah sangat lama, tetapi bisa membuat orang Prancis survive dari hanya mengelola bambu,” kata Hasto.

Kondisi saat ini, lanjut Hasto, adalah terjadi serbuan asing ke Indonesia. Di mana perusahaan-perusahaan besar melakulan outsourcing dan terjadi capital outflow dan juga human capital outflow.

“Terjadi upaya untuk menyedot human capital terbaik dilakukan korporasi besar, terjadi kolonialisme dagang,” ujar Hasto.

Atas dasar hal tersebut, perguruan tinggi harus terdepan membangun kepemimpinan intelektual dan membumikannya serta mendorong arah kemajuan bagi masa depan melalui penguasaan iptek, riset, dan inovasi yang membumi bagi kemajuan negeri. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasto: Api Islam Bung Karno Bangunkan Pancasila dan Memperjuangkan Bangsa-bangsa Asia Afrika


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler