Rudi Mas'ud Maju Pilgub Kaltim, Pengamat: Masyarakat Mesti Tolak Politik Dinasti

Minggu, 06 Oktober 2024 – 19:06 WIB
Warga saat mengikuti pencoblosan Pilkada serentak 2024. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, KALTIM - Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Timur (Kaltim) kali ini diwarnai dengan isu dinasti politik. Hal tersebut berkaitan dengan majunya Rudi Mas'ud di kontestasi lima tahunan ini.

Rudi dikenal sebagai politisi yang memiliki banyak kerabat dengan jabatan di Kaltim.

BACA JUGA: Petahana Berpotensi Terjungkal di Pilgub Kaltim Versi Survei TBRC

Kakak Rudi, Hasanudin Mas’ud, menjabat sebagai Ketua DPRD Kaltim.

Dua saudara lainnya, yakni Rahmad Mas’ud sebagai Wali Kota Balikpapan.

BACA JUGA: Pilgub Kaltim: Aktivis Ini Soroti Dinasti Politik Rudi Masud, Dinilai Rawan Konflik Kepentingan

Ada juga Abdul Gafur Mas’ud sebagai mantan Bupati Penajam Paser Utara yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu yang lalu.

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Neni Nurhayati mengkritisi keras fenomena dinasti politik ini. Dia menyebut masyarakat mesti menolak politik dinasti.

BACA JUGA: Survei LKPI: Elektabilitas Rudy Masud-Seno 59,3 Persen, Petahana Keok di Pilgub Kaltim

"Jika mau demokrasi yang sehat serta perbaikan ke masa depan. Masyarakat mesti menolak politik dinasti," kata dia secara tegas.

Neni menyebut politik dinasti akan berujung pada hal negatif yakni mengutamakan kepentingan pribadi.

Saat memimpin pastinya akan bersikap menguntungkan kelompoknya. Selain itu juga erat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Sikap menguntungkan kelompok misalnya dengan menaruh posisi atau jabatan publik bukan atas dasar kapasitas atau meritokrasi.

Hal yang dilakukan justru menaruh sanak kerabat dalam posisi atau jabatan tertentu.

"Dari sini akhirnya bisa muncul KKN. Ini karena tak ada profesionalisme yang tercipta," jelasnya.

Di sisi lain, Neni juga menyinggung kualitas demokrasi. Dia memastikan adanya politik dinasti akan membuat demokrasi menjadi tak sehat.

Karena orientasi jabatan bukan untuk melayani publik, tetapi justru untuk menguntungkan kelompoknya sendiri.

"Jadi memang dinasti politik akan membuat demokrasi tak sehat. Masyarakat mesti cerdas untuk bersikap menolak politik dinasti," ucap dia.(ray/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler