jpnn.com - MEDAN - Rekapitulasi perolehan suara calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dilakukan KPU Sumut, belum masuk dari Labuhanbatu Utara, Nias Selatan, dan Tapanuli Utara. Dari rekpitulasi yang sudah masuk Darmayanti Lubis sebagai incumbent masih memimpin.
Nasib kurang bagus harus dialami incumbent lainnya, Rudolf Pardede dan Parlindungan Purba. Keduannya gugur karena kalah suara dibanding 3 pendatang baru yakni Rijal Sirait, Dedi Iskandar Batubara, dan Badikenita Putri Sitepu.
BACA JUGA: Istri Wagub Sumut Keok
Rudolf yang mantan Gubsu berada diperingkat sepuluh dengan memperoleh 199.113 suara sedangkan Parlindungan berada di urutan lima dengan 361.395 suara. Dengan jatah DPD 4 orang, maka Darmayanti Lubis (625.999), Rijal Sirait (414.278), Dedi Iskandar Batubara (406.055), dan Badikenita Putri Sitepu (376.011) yang akan menjadi perwakilan Sumut.
Yulhasni menegaskan dalam proses rekapitulasi untuk suara DPD tersebut, tidak ada protes berarti yang disampaikan saksi. Hanya saja, soal suara untuk calon DPD Edison Sianturi sempat dipermasalahkan Bawaslu Sumut. Sebab nama tersebut telah didiskualifikasi karena tidak melaporkan dana kampanye 2 Maret lalu.
BACA JUGA: Rekapitulasi Suara Clear, 9 Caleg di Jabar V Melaju ke DPR
Meskipun begitu, Edison tetap memperoleh suara di beberapa Kabupaten/Kota sehingga suaranya dianggap tidak sah. Seperti halnya KPU Asahan mencantumkan 7.521 suara dan Labuhanbatu Selatan (Labusel) 3.300 serta Kota Medan 3.346 suara.
Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi mengenai keputusan KPU mendiskualifikasi calon DPD tidak sampai ke TPS. Sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu dan menjadikan suara pemilih, terbuang percuma karena memilih calon DPD yang telah dicoret.
BACA JUGA: Pencoblosan Ulang di Seluruh Nisel 26 April
"Jika di tingkat KPU Kabupaten/Kota saja masih mencantumkan perolehan suaranya (sebagai suara sah), apalagi di tingkat TPS," ujar Syafrida Rasahan, Ketua Bawaslu Sumut.
Menyikapi rekomendasi dari Bawaslu, Ketua KPU Sumut Mulia Banurea meminta jajarannya di kabupaten/kota segera memperbaiki berita acara melalui rapat pleno dan memastikan perolehan suara atas nama Edison Sianturi menjadi suara tidak sah.
Di sisi lain, Direktur Pusat Pendidikan Pelatihan dan Penelitian Sentral Institut Akhyar Ansori menyebutkan tingginya perolehan suara sementara sejumlah Calon DPD, memang tidak bisa dipungkiri karena kerja keras sosialisasi selama ini. Tetapi faktor keberuntungan juga tidak kalah berperan dalam hal ini. Pasalnya untuk mencakup seluruh wilayah provinsi, sangat sulit dilakukan seorang calon DPD dengan luas wilayah dan biaya yang tidak sedikit.
"Tidak bisa dinafikkan faktor keberuntungan dalam pemenangan calon DPD. Seperti yang dialami Darmayanti misalnya, bisa jadi karena nomor urutnya sama dengan nomor urut PDIP, nomor empat," katanya kepada wartawan, Rabu (23/4).
Dirinya mereview kembali Pemilu 2009 lalu. Saat itu nomor urut calon DPD Pdt Sumurung Samosir Harianja sama dengan nomor urut Partai Demokrat yakni 31. Ia pun mendapatkan suara besar di Sumut, karena Partai Demokrat menjadi partai favorit. Namun, Sumirung akhirnya tetap tidak lolos karena hanya menduduki peringkat lima.
Secara logika memang tidak mungkin satu calon DPD dapat berkampanye atau bersosialisasi ke-33 kabupaten/kota di Sumut, termasuk menyebar tim pemenangan. Karena prioritas utama biasanya hanya menitikberatkan pada satu atau beberapa daerah saja. Di samping pengadaan saksi yang tidak mungkin juga diletakkan di setiap TPS. Belum lagi biayanya yang besar hingga miliaran rupiah.
Perolehan banyak suara ini didapati calon DPD di daerah-daerah yang justru bukan menjadi prioritas lumbung suaranya. Namun bukan berarti karena upaya curang, tetapi lebih kepada faktor keberuntungan.
Masyarakat nampaknya masih belum begitu teliti membedakan antara nomor partai dengan nomor calon DPD. Sebab tidak hanya nama Darmayanti yang yang mengalami hal serupa, ada juga Dedi Iskandar Batubara yang juga mendapat suara cukup besar di beberapa daerah. Secara kebetulan, nomor urutnya sama dengan nomor urut Partai Gerindra yakni enam.
"Seperti diketahui Gerindra ini kan partai yang sedang naik daun pada Pemilu kali ini. Nomor urut 6 seakan memberikan tuah juga kepada calon DPD yang memiliki nomor sama," ujarnya.
Pun begitu, dirinya tidak bisa menafikan ada hasil kerja keras calon DPD selama ini. Sebab harus ada upaya serius dan terukur dalam hitungan politik untuk menang. Sebab keberuntungan bukan faktor utama penentu kemenangan.
Saat dikonfirmasi, Darmayanti Lubis menyebutkan dirinya tidak mau ambil pusing dengan penilaian itu. Jika faktor keberuntungan itu ada, dirinya bersyukur atas hal itu. Tetapi bukan berarti ia dan timnya tidak berkerja selama Pemilu 2014. "Mungkin saja ada faktor luck (keberuntungan), tapi saya juga bekerja keras kok," ujarnya.
Yang penting baginya adalah kemenangan itu tidak diraih dengan jalan curang dan merugikan orang lain. Dia juga tidak memanfaatkan nomor urutnya yang sama dengan PDIP, termasuk gencar berkampanye memaki nomor empat. Apalagi pemberian nomor urut, dilakukan KPU saat jelang akhir masa sosialisasi. Jadi banyak atribut tanpa menggunakan nomor urut.
Yang terpenting baginya adalah, jika terpilih kembali, harus memberikan yang terbaik untuk masyarakat Sumut yang telah memberikan amanah. Kalau pun tidak terpilih, dirinya sangat legowo menerima hasilnya.
"Doakan saja yang terbaik untuk Sumut," ujar professor di bidang teknik tersebut. (ril/rbb)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Majelis Syuro Segera Pertegas Arah Koalisi PKS
Redaktur : Tim Redaksi