Menjadi TKI di Libya, awalnya, dirasa mengenakkan oleh ParjiyahTetapi, ketika kekacauan terjadi di negara itu, rumah majikannya dibom
BACA JUGA: Rara, Wanita Manis Cucu M Arsyad Sanusi yang Masuk Pusaran Kasus Surat Palsu MK
Untung, dia lolos---------------------------- ------
HENDRI UTOMO, Jogja
---------------------------- ------
Parjiyah termasuk beruntung
BACA JUGA: Pangkostrad, Anak Medan yang Nakal
Selama sepuluh bulan bekerja di Libya, dia diperlakukan dengan sangat baik oleh majikannya”Majikan saya (Ali, Red) sering tidak di rumah
BACA JUGA: Hanafi Rais, Putra Amien Rais, setelah Kalah dalam Pilkada Jogja
Anak majikan saya, kebetulan ada yang menjadi tentara pemerintah,” kata ibu dua anak itu, mengawali kisahnyaDi rumah majikan itu, Parjiyah menyatakan sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga”Saat saya lelah, saya disuruh istirahat serta semua pekerjaan diminta dan diselesaikan majikan sayaKetika kurang enak badan, saya langsung dibawa ke dokter,” tuturnya saat ditemui di rumahnya, di Desa Bapangsari, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Jumat lalu (30/9).
Soal makanan, Parjiyah juga diberi kebebasan oleh majikannya untuk memasak nasi dan membuat lauk-pauk sendiriSebab, Parjiyah tidak suka makan roti dan makaroni, makanan sehari-hari majikannya”Kadang majikan saya mengontrol untuk memastikan jangan sampai saya kurang gizi dan sakit,” kenangnya.
Sayang, enaknya menjadi TKI di negeri orang tak dirasakan dalam waktu yang lama oleh ParjiyahSuatu ketika, tepatnya beberapa hari menjelang Idul Fitri, terjadilah musibah itu
”Saat itu, sekitar pukul 08.00, beberapa saat setelah salat Subuh, rumah majikan saya tiba-tiba dihujani bom,” tutur ParjiyahSaat itu situasi di Libya memang mencekamSatu per satu wilayah di Libya dikuasai kelompok anti-Kadhafi
”Saya berhasil lolos dari maut setelah nekat loncat dari lantai tiga rumah tersebut,” ujarnyaKetika itu Parjiyah menyaksikan bahwa bom telah meluluhlantakkan rumah majikannya.
Rumah Ali, majikan Parjiyah, tak jauh dari rumah anak-anaknyaBegitu dijatuhi bom, selain rumah Ali, dua rumah yang ditinggali anak-anak dan cucunya juga hancurSelain itu, rumah tersebut dijarah”Rumah dan lima mobil majikan saya juga dibakar orang yang saya sendiri sama sekali tidak kenal,” terang Parjiyah
”Setelah rumah majikan saya dibom pagi, kami semua bersembunyiKemudian, berhasil meloloskan diri ke Tripoli sorenya,” imbuh ParjiyahDalam kondisi mencekam itu, Parjiyah dilindungi majikannya”Saat itu saya berhasil lolos dari bom bersama majikan saya dan keluarganya,” papar dia.
Dua hari setelah serangan bom itu, Parjiyah bersama keluarga majikannya berhasil melarikan diri ke TripoliDari Tripoli, Parjiyah dibawa keluarga majikannya ke Tunisia”Saya masih ingat, waktu itu Kamis, saya bersama keluarga majikan (anak, cucu, dan menantu Ali, Red) mulai meninggalkan Tripoli menuju Tunisia,” jelas dia.
Diceritakan, perjalanan itu memakan waktu dua hari dengan menggunakan mobil”Setiap tikungan, kami masih harus diperiksaBeberapa kali paspor saya harus ditahanTapi, alhamdulillah kami berhasil tiba di Tunisia dan tinggal di tempat salah seorang kerabat majikan hingga saya dijemput petugas KBRI Tunisia,” ujar Parjiyah
”Terakhir berpisah di Tunisa, majikan saya bahkan menangis tepat saat melepas saya dijemput petugas KBRIKami saling bertukar nomor telepon meski hingga kini kami belum sempat berkomunikasi lagi,” papar dia
Parjiyah pulang ke tanah air dari Tunisia Jumat lalu (23/9)Saat itu dia berbarengan dengan 15 TKI perempuan dari Indonesia yang bekerja di LibyaSetiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Parjiyah bersama teman-teman senasibnya transit untuk beristirahat satu malamSelanjutnya, dia pulang ke kampung halamanParjiyah kemudian tiba di kampung halaman, Desa Bapangsari, Kecamatan Bagelen, Purworejo, Senin (26/9) pukul 03.00
Pengalaman mencekam di Libya itu membuat Parjiyah kapok menjadi TKI lagi”Saya tak mau lagi ke Libya ataupun dikirim menjadi TKI ke negara mana punBerhasil lolos dari Libya menjadi sebuah teguran buat saya agar kembali kepada keluarga,” ucap dia”Kini saya hanya ingin membesarkan anak-anak saya yang selama ini sudah jauh saya tinggalkan untuk mencari nafkah di negeri orang,” tambahnya
Parjiyah memiliki dua anak hasil perkawinannya dengan SuryantoMereka adalah Pulung Rinawati, 17, dan Dedi Saputra, 12Libya bagi Parjiyah bukanlah satu-satunya negara yang menjadi tujuan merantauSebelumnya, dia menjadi TKI di Arab Saudi selama dua tahun dan di Singapura tiga tahun.
Di tempat yang sama, Suryanto, suami Parjiyah, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya”Alhamdulillah istri saya bisa pulang dengan selamatSaya sempat kehilangan kontak dengan istri, khawatir setiap hari,” ujarnya(jpnn/c11/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zamrisyaf, Penemu Energi Listrik dari Gelombang Laut
Redaktur : Tim Redaksi