jpnn.com - JAKARTA – Pergerakan nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir kembali bergejolak. Jumat (20/5) kemarin rupiah ditutup di level 13.573 per USD atau melemah 106 poin jika dibandingkan dengan perdagangan pada Kamis (19/5).
Bank Indonesia (BI) menilai, pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen eksternal. Terutama wacana kenaikan suku bunga acuan The Fed Fund Rate dan rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
BACA JUGA: Indosat Ooredoo Raih Predikat Bendera Emas
’’Pemicunya, statement member FOMC (Federal Open Market Committee) ketika kami membaca risalah rapat terlihat cukup nyaman dan optimistis akan menaikkan bunga,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo.
Selain itu, faktor lain adalah rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang kerap dikenal dengan istilah Brexit. Pada akhir Juni, ada referendum yang bisa memengaruhi pergerakan poundsterling.
BACA JUGA: Ekspor Batik Indonesia Capai Rp 41 Triliun
’’Poundsterling tersebut salah satu currency kuat di dunia. Terjadi Brexit atau tidak, ada dampak dari jalur keuangan yang menciptakan instability dari keuangan global. Itulah yang perlu diwaspadai,’’ jelasnya.
Hal lain adalah kondisi ekonomi dunia yang masih lemah. Pelemahan tersebut memengaruhi permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia. ’’Khusus Indonesia, sudah ada perbaikan harga komoditas nonmigas year-to-date. Tetapi, tetap masih ada penurunan pertumbuhan ekonomi dunia,’’ tambahnya. (dee)
BACA JUGA: Wow...Batik Indonesiaââ¬Å½ Makin Mendunia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Respon Direktorat Jenderal Pajak, Ditunggu PKP2B Generasi III
Redaktur : Tim Redaksi