Rupiah Loyo Lagi, Ini Pemicunya

Kamis, 04 Agustus 2022 – 19:44 WIB
Uang Rupiah. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 21 poin di level Rp 14.932.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS naik terhadap mata uang lainnya setelah data menunjukkan kenaikan mengejutkan di industri jasa.

BACA JUGA: Pergerakan Rupiah Hari Ini Terkekang Pesan dari The Fed, Alamak

Selain itu, kemungkinan federal reserve mempertahankan sikap pengetatan moneter agresif di tengah data ekonomi yang masuk akal dan komentar hawkish dari sejumlah pembuat kebijakan.

"Data yang dirilis Rabu menunjukkan industri jasa AS secara tidak terduga meningkat pada Juli di tengah pertumbuhan pesanan yang kuat, mendukung pandangan bahwa ekonomi tidak dalam resesi meskipun output merosot pada paruh pertama tahun ini," ujar Ibrahim, Kamis (4/8).

BACA JUGA: Kuasa Hukum Sebut Istri Irjen Ferdy Harus Dianggap Benar, Sampai

Menurut Ibrahim, pasar memantau perkembangan utang Indonesia yang terus mengalami kenaikan meskipun pemerintah memastikan utang negara sebesar Rp 7.123 triliun dalam batas aman dan wajar.

"Jumlah utang meningkat Rp 121 triliun dibanding Mei 2022 sebesar Rp 7.002 triliun, sedangkan rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.

BACA JUGA: Aliran Modal Asing Masuk Triliunan Rupiah Pekan Ini

Adapun utang pemerintah didominasi instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dengan porsi sebesar 88,46 persen.

Hingga akhir Juni 2022, penerbitan SBN yang tercatat sebesar Rp 6.301,88 triliun.

Penerbitan itu juga terbagi menjadi SBN domestik dan SBN valuta asing (valas).

SBN Domestik tercatat sebanyak Rp 4.992,52 triliun yang terbagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp 4.092,03 triliun serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 900,48 triliun.

Lebih lanjut, SBN Valas yang tercatat ialah sebesar Rp 1.309,36 triliun dengan rincian SUN sebesar Rp 981,95 triliun dan SBSN senilai Rp 327,40 triliun.

Berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (rupiah), yaitu 70,29 persen.

"Saat ini kepemilikan oleh investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57 persen, hingga akhir tahun 2021 yang mencapai 19,05 persen, dan per 5 Juli 2022 mencapai 15,89 persen.

"Pemerintah memberikan sinyal aman terhadap utang. Namun pelaku pasar sedikit goyah karena kondisi pasar global yang terus tertekan akibat resesi teknikal di beberapa benua, salah satunya AS dan Eropa serta ketegangan China dan Taiwan akibat kedatangan Pelosi," ungkap Ibrahim.

Untuk itu, pada perdagangan besok mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp 14.920-Rp 14.970. (mcr28/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Loyo Lagi, Ini Pemicunya


Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler