jpnn.com, BALIKPAPAN - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD ternyata menguntungkan Kalimantan Timur.
Sebab, nilai ekspor di Kaltim lebih tinggi dibandingkan impor.
BACA JUGA: Pemerintah Imbau Perusahaan Gunakan Rupiah
Nilai ekspor Kaltim pada Juli mencapai USD 1,63 miliar. Sementara itu, nilai impor Kaltim hanya USD 0,38 miliar.
“Kaltim masih untung. Apalagi Kaltim masuk tiga besar provinsi yang memberikan sumbangan utama terhadap ekspor nonmigas Indonesia,” kata pengamat ekonomi Aji Sofyan Effendi, Jumat (21/9).
BACA JUGA: Rupiah Lemah, Nilai Ekspor Jatim Merosot
Saat ini, urutan pertama masih ditempati DKI Jakarta dengan sumbangan 31 persen. Selanjutnya, Jatim dengan sebelas persen dan disusul Kaltim 10,8 persen.
“Itu memperlihatkan dolar yang masuk lebih besar,” imbuh Aji.
BACA JUGA: Rupiah Melemah, Minta Harga Obat Naik 5 Persen
Dia menjelaskan, di Kaltim tidak terjadi gejolak atau kontraksi ekonomi akibat kenaikan dolar.
Harga sembako juga terus terjaga alias tidak inflasi, dan daya beli masyarakat tetap tinggi.
Jika inflasi, maka bisa kontraksi. Salah satu pemicu kontraksi itu harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
“Jadi, jangan sampai harga BBM naik. Jika kenaikan dolar tidak diimbangi dengan inflasi yang meninggi, maka kenaikannya tidak merugikan,” imbuh Aji. (ctr/ndu/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BUMN tak Akan Bangkrut Garap Proyek Meski Rupiah Melemah
Redaktur & Reporter : Ragil