Rupiah Melemah, Sektor Bisnis Ini Paling Diuntungkan

Jumat, 05 Oktober 2018 – 07:46 WIB
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengungkap bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini akibat dampak eksternal.

Ketua Perbanas Kartika Wirjoatmojo mengatakan, persoalan tersebut tidak akan berdampak sistemik terhadap perekonomian nasional. 

BACA JUGA: Rupiah Melemah, Kaltim Malah Untung

"Sebenarnya ada sisi positif dari penjualan komoditas CPO (Crude Palm Oil), Batubara meningkat harganya. Sisi yang harus kita mitigasi adalah open position. Nah, kami di Perbanas berusaha untuk menjaga usaha kredit perbankan tidak terpengaruh dengan peningkatan kurs dollar ini, dengan cara memastikan nasabah yang memiliki kredit dengan valuta asing, harus memiliki nasional head atau internal hedging,” kata Kartika Wirjoatmojo, di Jakarta, Kamis (4/10).

Selain itu, Perbanas selalu meyakinkan kepada nasabah maupun anggotanya yang bergerak di usaha ekspor mempunyai nasional head. “Sehingga pelemahan dari sisi garansi ini tidak mempunyai dampak kepada kredit di perbankan,” ucapnya.

BACA JUGA: Pemerintah Imbau Perusahaan Gunakan Rupiah

Untuk meyakinkan para investor agar tidak menarik investasinya di Indonesia, Perbanas berharap kabiven defisit di akhir tahun ini akan menyempit, tidak melebar atau naik.

BACA JUGA: Rupiah Lemah, Nilai Ekspor Jatim Merosot

“Indonesia termasuk yang kabiven defisitnya masuk diangka 2 sampai 2,5 persen jadi memang ada peningkatan di bulan Juni. Ttapi di akhir tahun ini diharapkan menurun. Selain itu, viskal defisit kita kondisinya baik. Tahun ini pendapatan pemerintah meningkat yang diharapkan dari neraca pemerintah devisit viskalnya menurun dibawah 2 persen. Dari sisi perbankan NPL-nya menuju 2,7 persen dan pertumbuhan kreditnya meningkat ke level 13 persen momentum pertumbuhannya ada,” kata pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri.

Dia juga memastikan melemahnya nilai tukar rupiah, tidak akan berdampak terhadap ekonomi secara signifikan. Hal itu terlihat dengan geliat perusahaan yang mempunyai pendapatan dalam bentuk dolar. “Seperti eksportir sawit, ekspor batubara, minyak sekarang malah provitnya naik karena mereka jualnya didollar sehingga mereka padahal biayanya dirupiah, jadi banyak juga perusahaan yang mendapatkan benefit,” jelasnya.

“Yang perlu kita jaga adalah impor yang menggunakan dollar tapi dia jual dalam bentuk rupiah seperti perusahaan di FMCJ. Perusahaan farmasi ini harus melakukan hedging. Nah, ini yang kita bersama-sama dengan BI memfasilitasi supaya nanti perusahaaan ini jika mempunyai eksposur yang harus dibayar dimasa depan harus masuk hedging. Untuk itu Perbanas bersama BI mendukung sekali adanya non delivery forward. Sehingga instrumen-instrumen hedging oleh investor dapat digunakan bila membutuhkan dollar kedepannya,” ucapnya.

Menurutnya, disisi domestik komtinsion seharusnya pertumbuhan ekonomi indonesia meningkat. Pihaknya juga meminta pelaku usaha dan pemangku kebijakan mewaspadai eksposur di open posision dollar, sehingga tidak terjadi efek kulitas kredit tersebut.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BUMN tak Akan Bangkrut Garap Proyek Meski Rupiah Melemah


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler