jpnn.com, RUSIA - Rusia berjanji terkait invasi yang dilakukan ke Ukraina, tetapi Amerika Serikat tidak mempercayai janji tersebut.
Rusia menyatakan akan menurunkan skala operasi militer.
BACA JUGA: Sejumlah Negara Uni Eropa Usir Puluhan Diplomat Rusia, Alasannya Mengejutkan
Jadi, bukan menghentikan aksi militer yang yang dilakukan.
Rusia berjanji menurunkan aksi militer di sekitar Kota Chernihiv dan ibu kota Ukraina, Kiev.
BACA JUGA: Terinspirasi Tangisan, Sopir Taksi London Lintasi Daratan Eropa demi Warga Ukraina
Menanggapi janji tersebut, Amerika Serikat dengan tegas menyatakan ketidakpercayaannya.
AS bahkan memperingatkan ancaman dari Rusia ke Ukraina tidak akan berhenti.
BACA JUGA: Hari ke-34, Ini 10 Fakta Terbaru Perang Rusia Vs Ukraina
Sementara itu Ukraina mengusulkan untuk menetapkan status netral sebagai tanda kemajuan perundingan Rusia-Ukraina.
Serangan Rusia di Ukraina telah menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa atau terluka.
Hampir empat juta orang mengungsi ke luar negeri dan ekonomi Rusia terpukul akibat rentetan sanksi.
"Keputusan sudah diambil untuk, dalam jumlah banyak, mengurangi kegiatan militer di arah Kiev dan Chernihiv," ujar Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada pers, Selasa (29/3) waktu setempat.
Fomin tidak menyebutkan daerah-daerah di Ukraina yang dilanda pertempuran hebat, termasuk sekitar Mariupol di tenggara, Sumy dan Kharkiv di timur, serta Kherson dan Mykolaiv di selatan.
Rusia sudah mulai menggeser sejumlah kecil tentaranya dari posisi-posisi di Kiev.
Namun, Pentagon yang merupakan markas besar Departemen Pertahanan AS, mengatakan bahwa penggeseran itu lebih merupakan penataan kembali posisi.
Jadi, bukan memundurkan atau berupa penarikan pasukan dari medan perang.
"Tidak berarti bahwa ancaman terhadap Kiev berakhir," kata juru bicara Pentagon John Kirby saat konferensi pers.
Total sebanyak 10 pesawat tempur Amerika Serikat F-18 serta lebih dari 200 tentara sedang ditempatkan di Lithuania, ujar Kirby.
Lithuania adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara tetangga Rusia.
Menurutnya, pasukan AS sedang menjadi penghubung bagi pasukan Ukraina saat serah terima persenjataan.
Sejumlah pengamat melihat bahwa janji Rusia untuk mengurangi pertempuran itu sebagian besar menyangkut daerah-daerah tempat pasukan negara tersebut telah kehilangan kekuatan.
Rangkaian sesi perundingan antara Rusia dan Ukraina berlangsung di istana Istanbul, Turki.
Perundingan tersebut dilaksanakan lebih dari satu bulan setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina.
Serangan itu merupakan yang terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak perang dunia kedua.
Sementara itu, para juru runding dari pihak Ukraina mengatakan Kiev akan setuju untuk tidak bergabung dengan aliansi ataupun dijadikan pangkalan pasukan asing.
Hal tersebut berdasarkan proposal yang mereka ajukan.
Namun, menurut proposal itu, Ukraina harus mendapat jaminan keamanan yang serupa dengan Bab 5, yaitu ketentuan bersama pertahanan aliansi militer trans-Atlantik NATO.
Tim negosiator Ukraina itu menyebut Israel dan anggota NATO Kanada, Polandia, dan Turki sebagai negara-negara yang kemungkinan akan memberi jaminan seperti itu.
Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Italia juga termasuk dalam kemungkinan tersebut.
Proposal itu, yang membutuhkan referendum di Ukraina untuk bisa disahkan, menyebut masa konsultasi 15 tahun soal status Krimea, yang dicaplok Rusia pada 2014.
Sementara itu, nasib wilayah Donbas akan dibicarakan oleh para pemimpin Ukraina dan Rusia.
Proposal versi Ukraina juga menyebutkan bahwa Moskow tidak akan menentang Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, kata kepala juru runding Rusia Vladimir Medinsky.
Rusia selama ini menentang keinginan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa, terutama NATO.
Medinsky mengatakan delegasi Rusia akan mempelajari dan menyampaikan proposal itu kepada Presiden Vladimir Putin.(Antara/Reuters/JPNN)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang