Pasangan Tengku Muhammed Hafiz dan Oceane Alagia duduk di luar gedung milik Pemerintah Malaysia sambil melambaikan tangan mereka ke arah tamu yang berada di dalam mobil.

Sebelum para tamu meninggalkan lokasi, masih di dalam mobil, mereka mengambil makanan 'takeaway' dari sebuah tenda.

BACA JUGA: Jepang Makin Gawat, Ikatan Dokter Tetapkan Status Darurat

Ayah Hafiz, Tengku Adnan Tengku Mansor yang merupakan mantan menteri di Malaysia mengunggah foto pernikahan anaknya di halaman Facebook miliknya.

Acara pernikahan yang tidak biasa ini digelar di tengah "kebiasaan baru", ujarnya.

BACA JUGA: Selain Aspek Aman, Lemhannas Minta Pemerintah Antisipasi Pemalsuan Vaksin COVID-19

Photo: Tamu dari dalam mobil menyampaikan ucapan selamat kepada keluarga kedua mempelai. (Facebook: @officialkunan)

 

"Dari perhitungan, saya diberi tahu ada lebih dari 10.000 mobil yang ada sejak pagi hari."

BACA JUGA: COVID-19 Berhasil Menjebol Pertahanan Thailand, 535 Kasus Baru dalam Sehari

Media setempat melaporkan pesta pernikahan dengan gaya 'drive-through' tersebut digelar selama tiga jam.

"Terima kasih semuanya atas pengertiannya dan karena telah mengikuti semua prosedur yang dilakukan via drive-through, tanpa harus keluar mobil."

Pandemi virus corona di Malaysia telah memaksa banyak acara dibatalkan tahun ini, termasuk pesta pernikahan. Photo: Para keluarga yang hadir di pernikahan menggunakan masker untuk mengikuti protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. (Facebook: @officialkunan)

 

Acara pernikahan ini digelar sehari setelah Pengadilan Tinggi Malaysia mengeluarkan vonis bersalah kepada Tengku Adnan karena korupsi.

Ayah dari mempelai pria tersebut adalah bendahara partai UMNO, partai terbesar di Malaysia yang juga berkuasa dengan aliansi saat ini.

Tengku Adnan yang berusia 70 tahun dijatuhi hukuman satu tahun penjara karena menerima 2 juta ringgit atau hampir 7 juta miliar rupiah, dari seorang pengusaha lokal di tahun 2016 saat ia menjadi menteri wilayah persekutuan Malaysia.

Ia juga didenda 2 juta ringgit karena pelanggaran tersebut Malaysia berupaya perluas jangkauan vaksin untuk 70 persen penduduk Photo: Pemerintah Malaysia berharap akan mendapat pengiriman pertama vaksin Pfizer-BioNtech pada bulan Februari mendatang. (AP: Mike Morones)

 

Saat ini Malaysia sedang menghadapi gelombang baru penularan virus corona.

Hari Senin kemarin (21/12), negara tersebut melaporkan 2.018 penularan virus corona baru, yang menjadi angka harian tertinggi ketiga sejak pandemi mulai bulan Januari.

Diketahui 60 persen dari kasus tersebut berasal dari daerah Selangor.

Akhir pekan lalu, Malaysia mengatakan telah memesan vaksin dari buatan AstraZeneca PLC di tengah kabar jika mereka juga akan menerima vaksin Pfizer-BioNTech pada Februari lalu nanti.

Kesepakatan dengan AstraZeneca dilakukan hari Senin kemarin (21/12), sehingga akan memungkinan 20 persen dari populasi Malaysia yang berjumlah 32 juta, mirip dengan kesepakatan yang dicapai dengan Pfizer-BioNtech, seperti dikatakan Menteri Kesehatan Adham Baba.

Malaysia berharap dapat menerima vaksin cukup untuk menginokulasi 10 persen populasi melalui fasilitas COVAX global, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia, katanya dalam sebuah pernyataan.

Menkes Adham juga mengatakan Pemerintah Malaysia sedang bekerja untuk mendapatkan lebih banyak kesepakatan untuk memperluas inokulasi hingga 70 persen dari populasi.

"Yang penting adalah perusahaan mana yang dapat memberi kami akses cepat ke vaksin dan harus aman, efektif dan berkualitas tinggi," katanya.

Pemerintah berharap untuk menerima pengiriman pertama dosis vaksin Pfizer-BioNTech pada bulan Februari, menurut kantor berita nasional Bernama.

Malaysia mengatakan bulan lalu telah setuju untuk membeli 12,8 juta dosis vaksin Pfizer-BioNtech, serta menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mencapai kesepakatan dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat tersebut.

Berdasarkan kesepakatan Pfizer, Malaysia akan menerima 1 juta dosis pada kuartal pertama 2021 dan 1,7 juta, 5,8 juta dan 4,3 juta dosis pada kuartal berikutnya.

Pfizer-BioNTech memiliki kesepakatan pasokan vaksin dengan beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Kanada, Australia dan Inggris.

Mereka berharap dapat memproduksi hingga 50 juta dosis vaksin pada tahun 2020 dan hingga 1,3 miliar dosis pada tahun 2021.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertama Kali Terjadi, Taman Impian Jaya Ancol Bakal Tutup di Malam Tahun Baru

Berita Terkait