Saatnya Pemuda Hayati Pancasila ketimbang Gandrung Komunisme

Minggu, 17 September 2017 – 02:54 WIB
Garuda Pancasila. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, MALANG - Kalangan muda di Indonesia sudah seharusnya makin peduli pada Pancasila. Sebab, saat ini dasar negara dan pedoman hidup Bangsa Indonesia itu seolah-olah hanya dihafalkan tanpa implementasi.

Harapan sekaligus ajakan kepada pemuda itu mengemuka dalam diskusi bertema Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Menangkal Organisasi Masyarakat Anti-Pancasila yang digelar Lingkar Studi Pancasila Brawijaya di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (15/9). Pemateri pertama dalam diskusi itu, Ahmad Baihaqi Kadmi menyatakan, Pancasila adalah komitmen teguh dari semua elemen bangsa untuk hidup bersama.

BACA JUGA: Panglima TNI: Pancasila Sudah Final, Tidak Boleh Mengubah

Gus Bai -sapaan akrab Baihaqi- mengajak para pemuda untuk menjalin kasih sayang dan empati dengan mengutamakan musyawarah yang dijiwai ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Sehingga tercipta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.

Lebih lanjut Gus Bai mengutip pujian diplomat Palestina bahwa Pancasila merupakan rahmat Tuhan yang mempersatukan beratus keragaman etnis dan budaya. Hal itu jauh berbeda dari negara-negara di Arab yang sebenarnya homogen, namun justru terus-menerus terlibat konflik.

BACA JUGA: KSP Nilai Pemuda Katolik Menjawab Tantangan Kekinian

Untuk itu, Gus Bai mengajak pemuda mau menelusuri sejarah perjuangan bangsa yang penuh nilai luhur dan keunikan dibanding bangsa lain. "Sehingga Pancasila benar-benar merasuk di dalam jiwa dan menjadi cara pandang terhadap dunia sekaligus menjadi pusat pengendalian diri dalam setiap perbuatan,” sambung dia.

Gus Bai menegaskan, pemuda menjadi sosok sentral yang paling bisa diharapkan memperbaiki keretakan-keretakan di antara elemen bangsa akibat Pancasila yang tak diimplementasikan. Oleh karena itu, pemuda saat ini harus segera menghayati dan mengamalkan Pancasila.

BACA JUGA: Gus Yaqut: Kader Ansor dan Banser Wajib Jaga Keberagaman Indonesia

"Agar distorsi kebangsaan oleh kelompok anti-Pancasila atau komunis bisa ditangani dengan lebih mudah dan ampuh," urainya.

Sementara dosen senior Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya (Unibraw) Ahmad Imron Rozuli yang juga menjadi pemateri dalam diskusi itu memaparkan tentang komunisme yang mustahil diterapkan. Cak Imron -panggilan akrabnya- lantas mengutip pendapat Franz Magnis-Suseno bahwa orang yang paham tentang komunis pasti tidak akan mencita-citakannya.

"Ide komunisme dengan cita-cita masyarakat tanpa kelas dalam melawan kapitalisme menemui jalan buntu. Penyebabnya, ide itu tidak bisa diejawantahkan dan tidak aplikatif bahkan utopis. Ide-ide yang dikemukakan Karl Marx pun juga mengesampingkan aspek rohaniah manusia yang sebenarnya juga sangat pokok untuk membangun sebuah masyarakat yang sejahtera," paparnya.(elf/jpc)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar Parade Kebinekaan, Ara Ajak Warga Hadapi Pengancam Pancasila


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler