jpnn.com, JAKARTA - Ship simulator karya anak bangsa yang diproduksi Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV-BMTI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah masuk dalam E-Katalog.
Ship simulator ini digunakan untuk mendukung proses pembelajaran siswa di SMK Kemaritiman.
BACA JUGA: Pejabat Kemendikbudristek: Sudah Ada Ship Simulator Buatan SMK, Jangan Impor.Lagi
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk mendukung hasil riset vokasi dengan membeli ship simulator karya anak bangsa satuan pendidikan bidang kemaritiman, kelautan, dan perkapalan.
"Kami sangat berharap dan mendorong pemda yang memiliki SMK Kemaritiman dan sejenisnya itu mengalokasikan DAK (Dana Alokasi Khusus) Fisiknya untuk membeli produk ini," ujar Wikan pada acara Business Matching Tahap III, di Jakarta, Selasa (31/5).
BACA JUGA: Masuk UT, Lulusan SMA/SMK Bisa Loncat Beberapa Semester, Ini Mekanismenya
Wikan mengatakan pembelian produk dalam negeri ini memiliki beberapa kelebihan.
Selain harganya yang jauh lebih murah, kualitasnya juga tidak kalah dari produk luar negeri.
BACA JUGA: Gandeng Industri Besar, SMK Ini Menargetkan Omzet Rp 6,8 Miliar
Sebelumnya, kata Wikan, SMK Kemaritiman impor ship simulator dengan harga yang mahal. Sekarang SMK bisa membeli ship simulator yang jauh lebih murah, yaitu produk BMTI yang didukung SMK.
"Itu karya anak bangsa," tegasnya.
Ship simulator karya anak bangsa ini dibanderol dengan harga Rp 500 juta untuk simulator dengan mode pandangan kapal 90 derajat dan Rp 2,1 miliar untuk mode pandangan 180 derajat dengan full badan kapal.
Harga itu menurut Wikan, jauh lebih murah dibandingkan dengan mengimpor ship simulator dari luar dengan kualitas yang sama harganya Rp 4,7 miliar.
"Jadi, harapannya pemda alokasi DAK fisiknya untuk ini, karena jauh lebih murah dan ini milik kita sendiri," ujar Wikan.
Dia membeberkan, di dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 70 Tahun 2013 dijelaskan bahwa setiap lembaga pendidikan bidang kemaritiman wajib memiliki ship simulator untuk proses pembelajaran.
“Jadi sebetulnya, ini sudah dikunci oleh pemangku kepentingan. Tidak ada lagi alasan bagi sekolah tidak memiliki ship simulator,” tegasnya.
Wikan menjelaskan dengan membeli ship simulator karya anak bangsa ini, pemerintah dapat melibatkan lebih banyak lagi SMK sebagai impelementasi dari teaching factory dan pembelajaran berbasis proyek.
Dia menambahkan, Kemendikbudristek butuh dari pemda, dinas pendidikan, agar ship simulator ini bisa jadi pengadaan peralatan praktik, karena pemerintah juga mewajibkan dan mendorong belanja produk dalam negeri.
Sebagai informasi, ship simulator ini dikembangkan dan diproduksi BBPPMPV-BMTI dan SMK Negeri 1 Mundu, serta SMK Negeri 2 Cimahi untuk pemasangan instalasinya.
Saat ini ship simulator yang sudah diproduksi sudah dikembangkan untuk lima pelabuhan, yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Benoa, Banda Neira, dan Tanjung Emas, dan lima jenis kapal, yaitu kapal kargo, kapal penumpang, kapal ikan, kapal feri, dan sekoci.
Dalam e-katalog, produk ini dapat ditemukan dengan PT Lentera Wahana Abadi sebagai penyedia.
“Ke depan ship simulator akan terus dikembangkan menyesuaikan standar peralatan pendidikan kemaritiman misalnya jumlah pelabuhan dan jenis-jenis kapal,” pungkas Wikan Sakarinto. (esy/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesyia Muhammad