jpnn.com, HARARE - Emmerson Mnangagwa resmi dilantik sebagai presiden Zimbabwe kemarin, Jumat (24/11). Ribuan penduduk antusias menyaksikan peralihan tampuk kepemimpinan yang kali pertama terjadi dalam 37 tahun terakhir itu.
Beberapa pemimpin Afrika dan oposisi juga hadir. Sayang, Robert Mugabe yang harus merelakan kursinya diambil Mnangagwa tidak berada di lokasi dengan alasan harus istirahat.
BACA JUGA: Pemerintah Izinkan Mugabe Mati dengan Tenang di Zimbabwe
Mnangagwa menggunakan pidato pertamanya sebagai presiden untuk mendinginkan situasi politik di Zimbabwe. Presiden ke-3 Zimbabwe itu menyebut Mugabe sebagai ayah sekaligus mentornya.
Dia juga meminta agar semua yang sudah berlalu biarkan berlalu, tak perlu diperpanjang lagi.
BACA JUGA: Lepas dari Mugabe, Masuk ke Mulut Buaya
’’Dia memimpin kita dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional. Dia memikul tanggung jawab kepemimpinan di saat yang sulit dan penuh tantangan,’’ ujar politikus yang dijuluki buaya itu.
Mnangagwa juga pejuang kemerdekaan seperti Mugabe. Dia bahkan pernah merasakan mendekam 10 tahun dalam penjara saat minoritas kulit putih berkuasa.
BACA JUGA: Merdekaaa! Mugabe Lengser, Rakyat Menari di Jalan
Selama ini Mnangagwa terkenal sebagai tangan kanan Mugabe dan digadang-gadang sebagai penggantinya sebelum akhirnya didepak awal November lalu.
Pemimpin 73 tahun itu menegaskan bahwa pemilu akan digelar tahun depan sesuai jadwal. Dia meminta agar negara-negara yang sebelumnya menjatuhkan sanksi pada Zimbabwe untuk mempertimbangkan kembali hukuman itu.
Dia juga menyerukan kepada para investor bahwa negaranya aman dan menjanjikan stabilitas ekonomi pada rakyatnya. Para pengamat menyebut pelantikan presiden baru itu membawa optimisme dalam perekonomian.
Meski Zimbabwe sudah berada di tangan pemimpin yang baru setelah tiga dekade dikuasai Mugabe, keraguan penduduk masih bergelayut. Yaitu, apakah Mnangagwa bisa menjadi sosok yang benar-benar berbeda dari pendahulunya.
Terlebih, dia memiliki rekam jejak terlibat dalam pembantaian Gukurahundi di Matabeleland pada 1983. Saat itu 20 ribu orang tewas. Mnangagwa yang kala itu menjadi menteri keamanan dalam negeri menampik terlibat.
Sementara itu, di hari yang sama, mantan Menteri Perekonomian Zimbabwe Ignatius Chombo harus dilarikan ke rumah sakit. Dia babak belur setelah dipukuli militer selama sepekan dalam penjara. Selama di tahanan, matanya ditutup.
’’Ini sangat brutal dan merupakan cara yang buruk untuk berurusan dengan lawan,’’ tegas Lovemore Madhuku, pengacara Chombo.
Menurut dia, kasus Chombo tersebut menunjukkan bahwa masih ada budaya menggunakan kekerasan di Zimbabwe. (Reuters/CNN/sha/c17/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mugabe Akhirnya KO, Pilih Mundur sebelum Dimakzulkan
Redaktur & Reporter : Adil