Saham 17 Emiten Baru Langsung Melesat

Senin, 10 Juli 2017 – 08:55 WIB
Ilustrasi IHSG. Foto: Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Harga saham 17 emiten yang melakukan initial public offering (IPO) pada tahun ini langsung melesat.

Kenaikan tersebut mulai 0,67 hingga 1.500 persen. Kenaikan tertinggi sepanjang tahun ini adalah saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) yang melesat 1.538,1 persen.

BACA JUGA: IHSG Berpotensi Tembus 6.300, 4 Saham Ini Layak Dikoleksi

Saat IPO, tepatnya 28 April 2017, saham MINA ditawarkan seharga Rp 105 per lembar.

Penawaran saham tersebut mengalami oversubscribed 6,58 kali.

BACA JUGA: 9 Anak Usaha BUMN IPO, Dana Terkumpul Rp 20 Triliun

Perdagangan saham MINA sempat disuspensi otoritas bursa karena mengalami peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Pada Jumat (7/7), harga saham perusahaan yang bergerak di bidang property resort bertengger di level Rp 1.720 per unit.

BACA JUGA: Tak Perlu Tunggu Untung, Perusahaan Asing Boleh IPO

Selain MINA, saham berkode TAMU dari PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk melesat sehingga mencapai 1.527,27 persen.

Saat IPO pada 3 Mei 2017 lalu, saham TAMU ditawarkan seharga Rp 110 per unit. Sementara itu, pada 7 Juli 2017, saham TAMU sudah jauh lebih mahal dengan mencapai Rp 1.790 per unit.

Sama seperti MINA, perdagangan saham TAMU juga pernah dihentikan otoritas bursa.

Namun, suspensi tersebut baru saja dicabut sehingga saham MINA dan TAMU dapat kembali diperdagangkan mulai hari ini (10/7).

Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono menyambut baik kenaikan harga saham para emiten baru.

Adanya suspensi belum tentu menyiratkan kenaikan harga saham yang tak wajar pada sebagian besar emiten baru.

Masih banyak saham emiten baru yang memang dinilai menarik sehingga harganya naik.

’’Kenaikan harga saham tersebut mengindikasikan bahwa investasi di pasar modal Indonesia masih menjanjikan imbal hasil yang signifikan dibandingkan produk investasi lain,’’ ujarnya.

Laju indeks harga saham gabungan (IHSG) pekan lalu sempat menembus level tertinggi sepanjang sejarah di 5.910,23.

Menurut Yulianto, hal itu menjadi salah satu faktor kenaikan harga saham para emiten.

Namun, laju IHSG pada penutupan perdagangan pekan lalu menurun ke level 5.814,79.

Alhasil, nilai kapitalisasi pasar di BEI juga menurun 0,28 persen menjadi Rp 6.354,86 triliun.

Yulianto menjelaskan, pasar obligasi juga menambah pemain baru sehingga pilihan investor untuk berinvestasi bertambah.

Pemain terbaru adalah PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) yang menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017. Nominal obligasi tersebut Rp 745,5 miliar.

’’Dengan demikian, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2017 adalah 36 emisi dari 31 emiten senilai Rp 60,51 triliun,’’ terangnya.

Sementara itu, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 323 emisi.

Nominal outstanding-nya Rp 334,17 triliun dan USD 67,5 juta yang diterbitkan 108 emiten.

Di pasar surat berharga negara (SBN), BEI mencatat ada 95 seri dengan nominal Rp 1.952,23 triliun dan USD 200 juta.

Di luar itu, ada delapan emisi efek beragun aset (EBA) senilai Rp 3,45 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida optimistis dengan kondisi pasar modal Indonesia.

Apalagi, situasinya semakin kondusif setelah Indonesia menyandang rating investment grade dari S&P (Standard & Poor’s).

’’Itu bukan sesuatu yang mudah untuk kita dapat. Sejak ada itu, banyak perusahaan yang IPO dan menawarkan obligasi. Yield surat utang juga menurun, jadi ini bagus untuk kita,’’ ungkapnya. (rin/c19/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duit Asing Banjiri Bursa Saham, Jokowi Senang


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler