JAKARTA - Makanan dan produk perawatan menjadi pendorong pertumbuhan penjualan produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG)Data ritel audit The Nielsen Company menunjukkan pertumbuhan penjualan 55 produk FMCG pada April 2011 naik 11,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu dengan nilai Rp 49,195 miliar.
Associate director of retailer services Nielsen Febby Ramaun mengatakan penjualan produk keperluan rumah tangga di Indonesia selalu tumbuh double digit tiap tahun
BACA JUGA: PTPN Butuh Dana Rp 2,08 Triliun
Akan tetapi pengecualian pada periode 2008 ke 2009 dengan pertumbuhan 4,7 persen sajaDijelaskan berdasar kenaikan sales, tertinggi berasal dari produk food atau makanan sebesar 12,2 persen
BACA JUGA: Sepatu Buatan Indonesia Siap Tembus Pasar AS
sedangkan non food sebesar 9,2 persenSecara mendetail, kebanyakan kategori produk membukukan penjualan positif kalau dilihat dari sisi nilai penjualan
BACA JUGA: Target Bentuk Anak Usaha
Di antaranya, mi instant tumbuh 5,9 persen, susu bubuk 8,9 persen, kopi bubuk bermerek 15,3 persen, biskuit 7,6 persen dan deterjen 1,3 persenditambah, minyak goreng 50,8 persen, susu kental manis 7,4 persen, skincare 13,8 persen, shampoo 13,4 persen dan sabun mandi 5,9 persen.Sedangkan dari sisi pembelanja, lanjut dia, pembelanja di indonesia masih berbelanja di 3-4 channel yang tergantung pada tujuan kunjunganChannel tersebut antara lain, minimarket, hypermarket, supermarket, toko dan pasarBerdasar data Home Panel, mayoritas pembelanja mengunjungi tiap channel untuk berbelanja keperluan utama
’’Di pasar, sekitar 48 persen berbelanja untuk kebutuhan utama dan 30 persen untuk kebutuhan makan hari iniSedangkan di hypermarket, sebanyak 71 persen termasuk keperluan belanja utama dalam jumlah banyakSelain itu, belanja di modern trade didominasi produk susu dan baby diapersSementara di general trade kebanyakan kopi dan mi instan,’’ urainya
Selain pertumbuhan sales, lanjut Febby, ada perubahan dalam shoppers atau pembelanja yang terdiri dari 59 persen termasuk main shoppers atau pembelanja utama dan 41 persen adalah key influencer atau pembelanja tapi bukan utama’’Nah untuk key influencer sebanyak 72 persen laki-laki yang naik dua persen dibandingkan 2009 lalu hanya 70 persen,’’ ucap dia.
Menurut dia, minat berbelanja kalangan laki-laki yang terus bertumbuh tersebut harus dicermati oleh peritel dan industrikarena, perilaku berbelanja laki cencerung berbeda dengan perempuan’’Menurut studi Shoppers Trend, laki-laki lebih memilih untuk grab and go atau mengambil barang kemudian pergiBerbeda dengan perempuan yang kebanyakan berkeliling toko,’’ ucapnya.
Selain itu, kalau tidak menemukan barang yang diinginkan maka laki-laki memilih untuk pergi dan mencari produk sejenis di toko lain’’Karena itu, pemajangan barang harus serapi mungkinBila perlu, menempatkan sales promotion girl untuk menjelaskan pada konsumen,’’ urainya(res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Jaga Ketat Kuota BBM
Redaktur : Tim Redaksi