Saling Tawar Sekjen Tak Menguntungkan

Senin, 05 April 2010 – 09:38 WIB
JAKARTA- Perang  urat syaraf antar kandidat Ketua Umum Partai Demokrat (PD) sepertinya sudah kian memanas sajaTidak lagi beradu argument mengenai visi-misi, antar  kandidat bahkan sudah berani saling tawar posisi sekjen

BACA JUGA: Harap SBY Tak Intervensi

Tawaran Andi Mallarangeng (AM) agar Anas Urbaningrum (AU) bersedia menjadi sekjen, jika menegpora  ini terpilih menjadi Ketua Umum setidaknya langsung dijawab dengan logika terbalik oleh kubu AU.
   
“Menurut kami sebaliknya, Anas lebih pas menjadi ketua umum dan Andi menjadi sekjen,” kata salah seorang tim sukses AU, Benny K Harman, saat dihubungi
melalui ponselnya, kemarin (4/3).  Menurutnya, di antara kandidat yang muncul, Anas Urbaningrum adalah sosok yang paling memenuhi kriteria calon ketua umum Partai Demokrat
Merujuk pada arahan

Ketua Dewan Pembina PD, Ketua Komisi III DPR ini berpendapat, di samping faktor popularitas dan aksesibilitas yang tinggi, baik di mata para elite maupun  kader PD di daerah, kemampuan komunikasi politik yang baik juga menjadi prasyarat utama untuk memimpin partai pemenang Pemilu 2009 ini

BACA JUGA: Marzuki Dan Anas Menguat, Andi Tidak Mengakar

“Dan yang komunikasi politiknya bagus yang sanggup menyaingi pimpinan partai politik lain ya Anas,” paparnya.

Pernyataan Beny K Harman ini menanggapi tawaran AM yang sehari sebelumnya secara terbuka menyatakan keinginannya agar Anas Urbaingrum sebaiknya bersedia  menjadi sekjen saja tanpa harus bertarung di pencalonan PD-1
Tawaran AM yang fulgar ini praktis menjadi tradisi politik baru yang lebih blak-blakan dengan  tidak lagi menjadikan menempatkan sekjen selalu di posisi sakral.“Saya menginginkan Anas Urbaningrum menjadi sekjen, jadi energi muda

BACA JUGA: Siapa Bilang Demokrat Partai Modern ?

Sama juga dengan teman  yang potensial lainnya akan ditempatkan di posisi yang tepat,” kata Andi saat menggelar silaturahmi dengan DPC PD se-Jawa Barat di Bandung, Jumat lalu.
   
Sementara disinggung terkait tradisi blak-blakan ini, pengamat politik LIPI Lili Romli mengatakan, tawar menawar secara transparan dalam tradisi politik di Indonesia memang bisa dibilang baruNamun sepanjang tidak didasari oleh semangat saling menjatuhkan satu sama lain menurut Lili hal ini wajar saja  dilakukanKarena pada dasarnya tidak banyak keuntungan politik dari cara mengumbar tawaran posisi seperti iniLebih lagi posisi sekjen yang biasanya  dianggap strategis dan menentukan“Ya ini memang baruKalau dulu kan dibilang tabuTapi saya kira bagus-bagus saja,” urainya.

Lebih lagi dalam pertarungan politik internal parpol seperti yang terjadi di PDMenurut Lili pola tawar-menawar posisi seperti ini sebenarnya bisa menjadi  pintu pembuka kepada win-win solutionDalam pengertian antara kubu kandidat bisa saling share kekuatan tanpa harus mengikuti emosi perang politik yang tidak

berkesudahan.“Seperti di PAN kemarin meski tidak sevulgar Demokrat, Hatta Rajasa akhirnya juga memberikan posisi wakil ketua umum pada Dradjad Wibowo sebagai bentuk win-win solution,” pungkasnya(did)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Harus Selevel Megawati dan Ical


Redaktur : Auri Jaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler